Saudara pendengar, yang Anda dengarkan sekarang adalah penggalan Pathetique Piano Sonata karya Ludwig van Beethoven yang dimainkan Zhao Meidi, gadis warga Swiss keturunan Tionghoa dalam suatu resital piano amal yang digelar di Swiss pada Minggu malam (22/6) lalu. Resital piano itu digelar Zhao Meidi yang berusia 14 tahun untuk para korban gempa bumi Sichuan Tiongkok. Berikut laporan wartawan kami.
Gempa bumi dahsyat yang berkekuatan 8.0 pada Skala Richer yang terjadi di Scihuan Tiongkok mengakibatkan jatuhnya banyak korban. Zhao Meidi yang berada di Swiss saat terjadinya gempa pun merasa sangat sedih atas nasib para korban. Sebai pianis yang sedang naik daun, ia merasa sangat terdesak untuk menggelar resital amal untuk anak-anak yatim piatu di daerah bencana. Melalui upaya tak kendur, resital akhirnya digelar menurut jadwal di sebuah lobi pameran sebuah museum modern di Kota Burgdorf, Swiss. Melihat penuhnya penonton ke resital, Zhao Meidi merasa terharu sekali. Kepada para penonton yang memberikan sumbangan kepada daerah bencana Tiongkok melalui pembelian karcis resital, Zhao Meidi dengan tulus mengucapkan terima kasih.
"Saya selalu berpikir, bahwa saya harus berbuat suatu untuk anak-anak sebaya, khususnya anak yatim piatu. Malam ini, kalian datang ke sini dengan penuh kasih sayang merupakan dukungan paling kuat bagi saya."
Harnold Steyn, kurator museum itu adalah sahabat ayah Zhao Meidi. Demi digelarnya resital piano itu, ia rela menyediakan lapangan secara gratis, bahkan menanggungsemua biaya promosi dan ongkos lainnya. Untuk kelancaran berlangsungnya resital, ia bahkan menutup museum di depan waktu. Perusahaan Leclavier. Ch sebagai agen utama piano merek Bosendorfer yang terkenal menyediakan dua buah piano secara cuma-cuma, sedang Bank Credit Suisse memberikan bantuan dalam pemasangan dan pembongkaran panggung sementara. Kesemua itu dilakukan pihak-pihak sponsor tanpa pungutan ongkos apa pun. Sten mengatakan, gempa bumi yang terjadi di Sichuan Tiongkok membuat dia merasa sedih sekali.
"Saya berkunjung ke Tiongkok untuk empat kali. Alangkah terkejutnya saya ketika mendengarkan kabar tentang terjadinya gempa dahsyat di Tiongkok. Tadi saya sekali lagi menyaksikan adegen-adegen yang menyedihkan dari tayangan televisi. Saya sungguh merasa sedih."
"Rasa sedih dan berkabung" adalah nada dasar resital piano kali ini. Pathetique Piano Sonata sebagai musik pertama yang dimainkan dalam resital itu digubah oleh Bethoven dalam suasana sedih setelah mengetahui ayahnya meninggal dunia. Musik kedua, yakni episode ketiga dari Piano Sonata No.2 karya Chopin yang berjudul Funeral March beserta musik pertama, khusus dipilih Zhao Meidi setelah berkonsultasi dengan orang tuanya. Restial mencapai klimaksnya saat Piano Sonata Sungai Kuning dimainkan. Alunan musik terkenal Tiongkok itu memberikan kesan "memukul" yang dahsyat kepada setiap peserta resital.
Ayah Zhao Meidi, yakni Zhao Yuan mengatakan: "Piano Sonata Sungai Kuning adalah musik yang sangat populer di Tiongkok. Empat episode dalam Pianao Sonata itu mewakil sepenuhnya arwah rakyat Tiongkok, serta semangat berjuang dan semangat maju terus pantang mudnur rakyat Tiongkok. Saya berpikir musik itu cocok sekali untuk dimainkan dalam kesempatan ini. Musik itu juga sangat digemari Meidi."
Nyata sekali, para penonton juga sangat tertarik oleh musik itu. Semangat pantang bertekuk lutut yang dimanifestasikan dalam musik itu juga dimengerti oleh para penonton setempat. Lobi digelarnya resital gemuruh oleh tepuk tangan.
Melalui Kedutaan Besar Tiongkok untuk Swiss dan Kementerian Urusan Sipil Tiongkok, Zhao Meidi menyumbangkan dana amal yang dikumpulkan melalui resital tadi untuk daerah bencana gempa bumi Sichuan, dalam rangka membantu anak-anak yatim piatu di daerah bencana. Atas upaya Meidi itu, Konselor dari Kedutaan Besar Tiongkok untuk Swiss, Qian Peizhen yang tampak hadir di resital mengucapkan terima kasih.
"Saya mengucapkan selamat atas pertunjukannya yang menarik. Atas tindakan amalnya, saya, atas nama Kedutaan Besar Tiongkok dan anak-anak yatim piatu menyatakan terima kasih."
|