Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-08-20 14:11:59    
Atlet Timor Leste: Beijing Merupakan Titik Tolak Baruku

cri

"Saya cintamu, Beijing."

Salam tadi diungkapkan pelari marathon Mariana Dias Ximenes asal Timor Leste. Ia merupakan atlet satu-satunya kontigen Timor Leste untuk Olimpiade Beijing. Meskipun pada akhirnya ia tidak dapat menyelesaikan lomba lari, namun usahanya mencerminkan semangan Olimpiade.

Kehadiran Timor Leste dalam Olimpiade Beijing merupakan partisipasi Olimpiade kedua bagi negara termuda di Asia tersebut. Meskipun hanya diwakili oleh seorang atlet, namun kehadiran Mariana membuat keluarga Olimpiade terasa lebih lengkap.

Mariana yang berumur 25 tahun lahir di Dili, ibu kota Timor Leste. Sejak usia 12 tahun, ia mulai serius menekuni olahraga lari. Sejak tahun 2002 ia mulai mengadakan pelatihan marathon 10 kilometer. Dikatakannya, fasilitas dasar pelatihan olahraga Timor Leste tidak lengkap. Marathon tidak terlalu menuntut fasilitas lapangan, maka ia memilih cabang olahraga tersebut. Karena berbagai keterbatasan, Mariana tidak mempunyai banyak pengalaman lomba. Oleh karena itu, pengalaman Olimpiade sangat berharga baginya. Dikatakannya:

"Saya pernah mengikuti dua kali lomba Marathon. Ini merupakan pertama kali saya mengikuti Olimpiade. Sebelumnya saya pernah mengikuti Asian Games di Pusan, Korea Selatan."

Mariana mengatakan, sebagai atlet satu-satunya dari Timor Leste, ia sadar bahwa dirinya memikul harapan tanah air. Tapi karena cedera, ia terpaksa mundur diri dari lomba. Meskipun menyesal, namun dia mengatakan:

"Sebagai atlet Timor Leste, saya berharap saya memperjuangkan hasil sebaik mungkin. Akan tetapi, Marathon bukanlah cabang olahraga yang santai. Saya hanya mengadakan pelatihan sistematis selama satu bulan sebelum Olimpiade. Kalau ingin memperebut medali, pelatihan sekurang-kurangnya satu sampai dua tahun."

Mariana mengatakan, meskipun perkembangan Timor Leste masih relatif terbelakang, namun sangat mementingkan olahraga. Dia mengatakan:

"Komisi Olimpiade Timor Leste memberi banyak bantuan kepada saya. Sebelum satu bulan lalu, mereka memberi dana kepada saya agar saya dapat mengikuti Olimpiade."

Menanggapi kesannya terhadap Olimpiade Beijing, Mariana mengatakan ia sangat puas atas pelayanan relawan. Mereka tidak saja dapat berbicara dengannya dalam bahasa Inggris dan Portugal, tapi juga dapat menyediakan bantuan setiap saat. Dikatakannya:

"Sungguh bagus. Setiba di bandara, saya melihat gadis-gadis yang cantik menjadi relawan."

Mariana mengatakan pula:

"Menurut saya stadion utama Sarang Burung adalah stadion terbaik di Asia bahkan dunia. Saya berharap tanah air saya pun dapat mempunyai stadion serupa pada masa depan."

Mariana mengatakan dia membeli banyak souvenir ciri khas Tiongkok untuk sanak keluarga di Timor Leste agar mereka dapat menikmati kebahagiaannya. Dia mengatakan, Beijing adalah metropolitan yang indah. Orang di sini ramah-tamah. Semua ini memberi kenangan yang indah kepadanya.

Bagi Mariana, bisa berpartisipasi Olimpiade telah merupakan sebuah kemenangan. Mariana mengatakan bahwa ia menantikan kesempatan untuk merebut medali untuk tanah air. Olimpiade Beijing adalah titik tolak baru dalam kariernya. Dari sinilah, ia akan terus mengejar cita-citanya dan mewujudkan impian medalinya.