Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-10-29 10:23:17    
Jelajahi Kerajaan Xixia Yang Ajaib

cri

Pada awal abad ke-11, di bagian barat laut Tiongkok dewasa ini, bangkitlah sebuah kerajaan yang baru namun kuat. Kerajaan muda ini bahkan pernah menghadang tapak besi tentara Etnis Mongolia yang pernah menggulung daratan Eropa dan Asia. Warisan benda budaya seperti alat cetak huruf lepas paling kuno di dunia, dan kitab-kitab hukum yang merupakan satu-satunya kitab kuno yang terpelihara paling baik di Tiongkok, serta benda pusaka lainnya yang begitu berharga bagi generasi selanjutnya adalah peninggalan kerajaan yang diberi nama Xixia itu.

Selama dua ratus tahun, antara awal abad ke-11 dan ke-13 Etnis Dangxiang, salah satu cabang Etnis Qiang yang profesi utamanya adalah penggembala di Tiongkok barat laut, pada zaman kuno mendirikan Kerajaan Xixia di bagian barat laut Tiongkok yang sekarang menjadi Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia. Bersama dengan Kerajaan Jin dan Song Selatan pada zaman itu, wilayah Tiongkok menjadi terbagi-bagi. Pada akhir lembaran kisah kejayaannya, Kerajaan Xixia dibasmi oleh tentara Etnis Mongolia dan berangsur-angsur etnis Dangxiang berbaur dengan etnis Han dan etnis lainnya di Tiongkok.

Kerajaan yang berusia sekitar 200 tahun itu sudah mengenal peradaban maju dan modern. Mereka menciptakan huruf sendiri dan menguasai teknologi paling muktahir di jaman itu. Benda sejarah yang pembuatannya sangat halus, buku kuno langka, dan tempat peninggalan sejarah dalam jumlah besar adalah bukti peradaban modern Kerajaan Xixia.

Di antara peninggalan-peninggalan bersejarahnya, yang paling menggoncangkan ialah Taman makam Raja Xixia di kaki Gunung Helan sebelah timur yang terletak di sebelah barat Yinchuan, ibu kota Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia. Di taman makam Raja Xixia seluas 53 kilometer persegi itu terdapat sembilan makam raja dan 253 makam pendamping yang disusun teratur. Ini merupakan salah satu taman makam raja paling besar dan yang terpelihara paling sempurna di Tiongkok. Karena itulah taman makam ini mendapat julukan "Piramida Timur".

Periset Institut Benda Budaya dan Arkeologi Xixia, Niu Dasheng memiliki kesan tersendiri terhadap Makam Raja Xixia. "Rasanya luar biasa besar, namun tandus dan ajaib......kurang jelas berapa jumlahnya di dalam" ujarnya.

Ratusan gundukan tanah berbentuk kerucut berdiri di kaki Gunung Helan, menyerupai bukit kecil di tanah berpasir yang luas dan tandus. Walaupun sudah mengalami erosi selama hampir seribu tahun, gundukan tanah tersebut tetap berdiri dengan gagahnya. Walaupun bagian luarnya sudah terkikis, tapi kerangkanya tetap terjaga.

Di dalam taman makam kerajaan, nampak tiga patung batu tinggi menjulang menyerupai bentuk manusia sekaligus binatang dengan wajah yang bundar, mata menonjol, gigi panjang, tajam dan tongos. Bahunya setinggi kepala dengan posisi berlutut. Lengannya tampak kuat dengan telapak tangan yang mengepal seperti siap bertinju. Patung itu nampak gagah tapi tidak terkesan ganas.

Periset Institut Suku Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok, Bai Bing mengatakan, "Pada kenyataannya, itu sebenarnya adalah dasar tiang istana."

Majunya teknologi pengukiran batu di Kerajaan Xixia dicerminkan oleh patung-patung batu tersebut. Huruf Kerajaan Xixia kuno yang indah dan unik ikut punah menyertai kehancuran Kerajaan Xixia. Tapi, dokumen sejarah peninggalan Kerajaan Xixia dalam jumlah besar itu memiliki nilai yang tiada taranya. Kitab agama Budha, kamus, dan kitab kedokteran, di antaranya Kamus "Fanhan Heshi Zhangzhongzhu" adalah buku yang laris di zaman millenium ini.

Kamus yang dipamerkan di Museum Ningxia tersebut merupakan kamus Bahasa Xixia-Han yang disusun pada tahun 818. Berbicara tentang kamus itu, pakar ilmu Kerajaan Xixia, Shi Jinbo mengatakan, "Menurut saya, kamus itu mungkin merupakan kamus dwi-bahasa pertama dalam sejarah Tiongkok. Dengan kamus itu, penduduk Xixia dapat belajar bahasa Mandarin dan sebaliknya, etnis Han dapat belajar bahasa Xixia. Sekarang, kami juga dapat mengenal bahasa Xixia."

Selain Kamus Fanhan Heshi Zhangzhongzhu sebagai kamus dwi-bahasa pertama di Tiongkok, kitab agama Budha berbahasa Xixia yakni Jixiang Bianzhi Kouheben Xu merupakan produk cetak huruf lepas yang pertama di dunia dan dipamerkan di Musium Ningxia. Kitab agama Budha tersebut mencatat sejarah percetakan Tiongkok bahkan dunia, sekaligus dengan kuat membuktikan bahwa Tiongkok adalah negara pencipta teknologi percetakan huruf lepas.

Selain itu, di dalam museum tersebut dipamerkan pula sejumlah benda budaya tingkat nasional lainnya.Salah satunya adalah lembu perunggu sepuh emas Xixia yang panjangnya 1,2 meter dan beratnya 188 kilogram. Dan kira-kira berapa nilai dari lembu perunggu yang terkesan kuat dan sedang berbaring itu? Penaksiran nilai itu dapat dihitung secara kasar dari contoh sebagai berikut. Apabila lembu perunggu itu mau dipamerkan di tempat lain, maka Kementerian Perkereta-apian Tiongkok pasti harus mengerahkan kereta api khusus untuk mengangkutnya; dan apabila mau dipamerkan ke luar negeri, maka nilai asuransinya adalah sebesar 100 juta RMB atau sekitar 16,7 juta dolar AS. Demikian gambaran nilai lembu perunggu tersebut.

Selain Makam Raja Xixia dan barang-barang berharga lainnya yang tersimpan di dalam Museum Ningxia, ada pula gua, bangunan kuil, prasasti, pagoda, ukiran batu dan lain sebagainya yang masih terpelihara di Kota Yinchuan. Semuanya itu memanifestasikan kehebatan Kerajaan Xixia yang sampai sekarang masih menyimpan misteri yang belum terungkapkan.