Dinasti adalah masa jaya perkembangan sajak klasik Tiongkok dengan bermunculan penyair dan karya yang unggul dalam jumlah besar. Di antaranya, Li Bai yang dijuluki sebagai Dewa Penyair tak pelak adalah sebuah bintang yang paling cemerlang di arena sajak Dinasti Tang.
Li Bai (tahun 701-762) waktu kecil kenyang membaca buku dan menunjukkan ketrampilan sastra luarbiasa. Ia gemar bergaul dan katakternya terus terang dan leluasa. Mayoritas mutlak kehidupannya berlewat dengan bertamasya. Kaisar ketika itu sangat mementingkannya dan ia dipanggil ke ibukota Chang'an sebagai seorang pejabat pembantu sastra Kaisar. Akan tetapi, Li Bai berwatak luhur dan pantang tunduk dan meletakkan jabatannya dan meneruskan kehidupan berkeliaran. Kemudian karena terjadinya kekacauan perang, Li Bai juga terlibat dan dibuang ke daerah terpencil. Walaupun dalam perjalanan ia diampuni, ia tetap ingin bergelandangan sampai mati pada hari tua.
Puisi karya Li Bai beraneka ragam. Ia secara luas menyerap gizi kaya dari sastra dan lagu kalangan rakyat dan dengan mengabstraknya membentuk gaya unik puisinya sendiri. Ia mempunyai bakat kesenian luarbiasa. Karyanya tidak saja penuh dengan nuansa romantik, juga sanga berdaya tarik artistik. Oleh karena itu, Li Bai dianggap sebagai seorang penyair romantik yang paling brilian di Tiongkok.
Puisi dan karakter unik Li Bai tak terpisahkan dari pengalaman bertamasyanya. Li Bai yang meremehkan status tapi memperhatikan politik memadukan cita-citanya ke dalam puisi sehingga karyanya mempunyai warna subjektivisme yang kental. Ia jarang mengadakan pelukisan teleti terhadap gelaja dan kejadian objektif. Karakter yang bebas dan pantang tunduk itu sangat mudah membangkitkan perasaan. Puisi Li Bai sangat misterius imajinasinya dan bahasanya bernada jelas dan lancar. Puisi Li Bai yang gampang dibaca selalu memperlihatkan cahaya transparan dan cemerlang, sementara memanifestasikan karakternya yang pantang vulgar.
Karya Li Bai "Jiang Jinjiu" artinya "lagu Ajak Minum". Ketika senang hati lebih baik ajak teman minum bersama-sama. Ketika itu, Li Bai selalu merasa ketrampilannya tidak diketahui orang dan sulit dikembangkan, maka dengan cara meminum mengekspresikan perasaannya. Rupanya, puisi Li Bai itu mengkhotbahkan pikiran menikmati kehidupan tepat waktunya, sebenarnya ia ingin dengan puisi optimistik memberi pengakuan terhadap kehidupan dan diri sendirinya. Ia menarik kesimpulan "ketrampilanku pasti ada gunanya".
Mengenai Li Bai, sewajarnya kami tidak dapat menjelaskannya dengan Puisi "Jiang Jinjiu", gaya karyanya mempengaruhi para sastrawan zaman itu dan beberapa generasi kemudian. Karyanya cukup banyak jumlahnya dan luas tersebarnya. Ia boleh dikata penyair pertama arena puisi Tiongkok.
|