Menyinggung kisah asmara klasik, rakyat Tiongkok akan segera teringat pada kisah sepasang kekasih bernama Zhang Sheng dan Chui Yingying, serta Hong Niang, seorang mak comblang yang membantu mengikat tali perjodohan mereka. Kisah asmara yang terjadi antara sepasang kekasih itu mulai tersebar di Tiongkok sejak masa Dinasti Tang sekitar 1.000 tahun yang lalu. Namun, kisah asmara antara Zhang Sheng dan Chui Yingying benar-benar tersebar luas sejak 700 tahun lalu, ketika lakon opera Xi Xiangji dipentaskan dengan Wang Shipu sebagai pengarangnya. Kini Kisah Xi Xiangji dipentaskan dalam bentuk opera yang beraneka ragam.
Novel Xi Xiangji menceritakan kisah asmara bebas yang terjadi antara sepasang laki-laki dan perempuan, masing-masing bernama Zhang Sheng dan Chui Yingying. Novel itu menceritakan, Zhang Sheng, seorang sarjana muda bertemu dengan seorang gadis bernama Chui Yingying yang tinggal di suatu kuil bersama ibu dan pelayannya bernama Hong Niang. Dan kedua-duanya segera jatuh cinta. Dengan bantuan Hong Niang yang berusia muda, Zhang Sheng dan Chui Yingying dapat berkencan di Xixiangfang, yakni kamar sebelah barat di kuil. Kemudian mereka pun bercinta. Ibu Chui Yingying sangat marah mengetahui hal itu, dan tidak menyetujui pernikahan mereka. Selain itu, Hong Niang yang membantu perjodohan sepasang kekasih itu pun dibentak, bahkan dipukuli oleh ibu Chui Yingying. Zhang Sheng yang tak bisa berkencan lagi dengan Chui Yingying akhirnya jatuh sakit. Suatu hari, pekarangan kuil tempat mereka tinggal dikepung sekelompok bandit. Untunglah Zhang Sheng kenal dengan seorang jenderal bernama Bai Ma. Untuk membantu Zhang Sheng, Jenderal Bai Ma memimpin pasukan tepat pada waktunya tiba di kuil dan memukul mundur serangan bandit, serta menyelamatkan Chui Yingying dan ibunya. Untuk membalas budi Zhang Sheng, ibu Chui Yingying menyetujui pernikahan Zhang Sheng dan putrinya Chui Yingying, dengan syarat Zhang Sheng harus terlebih dulu lulus ujian negara dan menjabat sebagai pejabat tinggi sebelum mempersunting Chui Yingying. Zhang Sheng menyanggupi permintaan itu, dan akhirnya pun lulus ujian negara dan mempersunting Chui Yingying.
Kisah asmara itu pertama-tama muncul pada masa Dinasti Tang pada 1.000 tahun yang lalu, kemudian kisah itu dipentaskan dalam bentuk opera setelah dijadikan lakon oleh sarjana waktu itu. Salah satu lakon yang paling terkenal adalah Opera Xixiangji yang ditulis Wang Shipu pada Dinasti Yuan kira-kira 700 tahun yang lalu. Lakon opera itu memberi pengaruh mendalam terhadap perkembangan opera pada masa Dinasti Yuan. Lakon Xixiangji karya Wang Shipu dengan berani menerobos bentuk opera lama. Dalam lakon tentang asmara itu, figur-figur dilukiskan dengan amat teliti, jalur ceritanya berliku-liku dan mengharukan, ditambah lagi dengan bahasa yang hidup dan halus. Lakon itu menunjukkan suatu pesona yang tiada taranya pada masa itu. Dalam lakon itu terdapat kalimat berikut yang cukup terkenal antar para pecinta opera, yang berbunyi: "Langit biru berselimut awan putih, angin barat bertiup kencang, angsa liar berkelana dari utara ke selatan. Kenapa daun-daun pohon menjadi merah pada musim gugur? Karena dicelup dengan air mata orang yang berpisah."
Mengenai Wang Shipu, sang pengarang Xixiangji, kini riwayatnya tidak banyak diketahui. Yang dapat dipastikan, dia dilahirkan di sebuah keluarga pejabat tinggi, dan dia sendiri juga pernah memangkat jabatan. Pada usia 40 tahun, ia sudah dilantik sebagai pejabat yang pangkatnya hampir sama dengan pejabat tingkat provinsi. Akan tetapi, Wang Shipu tidak mau meneruskan karirnya sebagai pejabat, melainkan mengundurkan diri dan memulai karirnya sebagai pengarang opera dengan masuk Persatuan Pengarang Yujing yang didirikan Guan Hanqing, pendiri opera pada Dinasti Yuan.
Wang Shipu seumur hidupnya menciptakan 14 lakon opera, di antaranya lakon opera Xixiangji adalah karya puncaknya. Karya itu mencapai prestasi amat tinggi. Sampai saat ini, kisah asmara yang diceritakan dalam lakon Xixiangji tetap dituturkan dalam bentuk opera Kunqu dan opera tradisional lainnya.
Saudara pendengar, kisah asmara antara Zhang Sheng dan Chui Yingying menutup perjumpaan kita hari ini. Atas perhatian Anda, pengasuh acara ini Xishan mengucapkan terima kasih. Sampai jumpa dalam Ruangan Kebudayaan pekan depan.
|