Saudara pendengar, film "Nanjing! Nanjing!" yang disutradarai Lu Chuan kini tengah ramai ditayangkan di seluruh negeri. Di box office, penjualan tiket film "Nanjing! Nanjing!" kini telah melampaui 150 juta yuan RMB atau sekitar 21 juta dolar AS. Film itu menceritakan peristiwa pembantaian yang dilakukan tentara agresor Jepang di Nanjing pada tahun 1937. Sejak ditayangkan, film itu ramai dikomentari masyarakat. Berikut laporan terkait.
Yang Anda dengar sekarang ini adalah penggalan film "Nanjing! Nanjing!". Pada 13 Desember 1937, tentara agresor Jepang menyerbu masuk ke Nanjing, ibukota Tiongkok pada waktu itu, dan mereka melakukan pembantaian brutal di seluruh kota. Dalam peristiwa pembantaian massal itu, sebanyak 300 ribu orang Tiongkok dibunuh oleh tentara agresor Jepang, termasuk rakyat jelata dan tentara yang ditawan. Selain melakukan pembunuhan secara membabi buta, tentara agresor juga melakukan pemerkosaan terhadap kaum wanita tak berdosa.
Bagi orang Tiongkok, peristiwa pembantaian Nanjing adalah sejarah aib yang tak dapat dilupakan. Selama 72 tahun, Tiongkok berturut-turut mengopname belasan film yang mengangkat tema Pembantaian Nanjing. Sutradara Lu Chuan, yang berusia 38 tahun, mulai mempersiapkan penyutingan film tersebut dari empat tahun lalu. Lu Chuan yang pernah belajar di akademi militer dan berdinas di tentara mengatakan, untuk membuat film itu, ia membaca banyak bahan sejarah dan karya sastra tentang Pembantaian Nanjing. Ia mengatakan:
"Film "Nanjing! Nanjing!" ini mengisahkan sejarah pembantaian Nanjing melalui dua jalur. Jalur pertama menceritakan perlawanan yang dilakukan tentara dan rakyat Tiongkok, yang tak pernah dimanifestasikan pada film-film sebelumnya. Dalam jalur itu, diceritakan perlawanan yang dilakukan tentara Tiongkok sebelum dan sesudah Kota Nanjing diduduki tentara agresor Jepang. Sedangkan, jalur kedua mengisahkan sejarah pembantaian yang terjadi di Nanjing dari sudut pandang orang Jepang, yang mengisahkan bagaimana orang Jepang melakukan agresi dan pembantaian."
Dengan nuansa sedih dan adegan perlawanan gagah berani, film hitam-putih "Nanjing! Nanjing!" menceritakan sejarah pengepungan dan penyerbuan Kota Nanjing serta pembantaian brutal yang dilakukan tentara agresor Jepang. Walaupun film hitam-putih tersebut relatif mengurangi rasa menakutkan dan berlumuran darah yang dilakukan tentara agresor Jepang, namun adegan-adegan kejam tetap memberikan pukulan psikologis yang luar biasa kepada penonton.
Berbeda dengan film-film lainnya yang mengambil tema serupa, film "Nanjing! Nanjing!" untuk pertama kali memanifestasikan sejarah dari sudut pandang orang Jepang, tepatnya melalui sudut pandang seorang tentara agresor Jepang, bernama Kadokawa yang ikut serta dalam pertempuran menyerbu Kota Nanjing pada tahun 1937. Dalam film "Nanjing! Nanjing!", Kadokawa menembak mati anak tak berdosa, serta dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan pembantaian, pemerkosaan dan perampokan yang dilakukan tentara agresor Jepang di Nanjing. Selain itu, dia juga melihat aksi penyelamatan yang dilakukan seorang guru wanita Tiongkok. Di bagian terakhir film, Kadokawa dengan mental yang hancur, akhirnya bunuh diri.
Pembantaian Nanjing merupakan peristiwa sejarah paling pahit yang dialami rakyat Tiongkok. Tidak sedikit penonton menyatakan tidak senang, karena pada film tersebut, seorang tentara agresor Jepang dijadikan sebagai peranan utama. Akan tetapi, sutradara Lu Chuan menyatakan, fakta sejarah Pembantaian Nanjing yang terjadi pada tahun 1937 pantang disangkal, dan tak peduli sejarah itu dikisahkan dari sudut pandang rakyat Tiongkok maupun rakyat Jepang. Lu Chuan menyatakan, film ini dibuat untuk melakukan "penjajakan mendalam mengenai manusia dan perang".
Komentator film terkenal Tiongkok, Rao Shuguang menilai film itu sebagai film yang dapat membangkitkan renungan mendalam pada hati masyarakat. Ia mengatakan:
"Film 'Nanjing! Nanjing!' melukiskan kisah seorang Jepang secara lebih obyektif, sehingga kita bisa menghadapi masa lampau dan masa depan dengan akal sehat."
Film "Nanjing! Nanjing!" berbeda dengan film-film sebelumnya yang melukiskan para korban secara kolektif dan sederhana, melainkan memfokuskan adegan pada beberapa wanita yang meninggalkan pesan mendalam kepada para penonton. Dalam film itu, aktris Jiang Yiyan berperan sebagai pelacur Xiao Jiang, yang rela masuk tangsi militer sebagai Ianfu, wanita penghibur tentara Jepang demi keselamatan kaum wanita dan anak-anak di kamp pengungsi, yang akhirnya mati dianiaya tentara Jepang. Jiang Yiyan mengatakan:
"Sebelumnya, saya menerima pesanan singkat dari sutradara. Dalam pesanan singkat itu, sutradara mengatakan, film ini melukiskan seorang pelacur yang rela memilih kematian untuk menyelamatkan orang lain. Setelah membaca pesanan singkat itu, saya menangis, dan terharu sekali bahwa pada 70 tahun lalu, di Kota Nanjing muncul begitu banyak wanita yang berani. Saya lantas mengambil keputusan untuk memerankan karakter itu."
Li Qiang, seorang penonton mengatakan kepada wartawan:
"Film 'Nanjing! Nanjing!' menebarkan perasaan mencekam, dan sangat berlainan dengan film-film serupa sebelumnya. Film ini mendorong kita memikirkan masalah-masalah mendalam, terutama yang berkaitan dengan manusia. Pokoknya, film ini benar-benar berbeda."
Sutradara Lu Chuan menyatakan, sebagian penghasilan dari penjualan tiket akan disumbangkan kepada Gedung Peringatan Pembantaian Nanjing, dan sebagian lainnya akan didonorkan kepada para korban selamat dalam pembantaian tersebut..
|