Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-08-15 12:05:27    
Beijing Dalam Mata Orang Asing Selama Olimpiade

cri

Olimpiade Ke-29 yang kini berlangsung di Beijing, ibukota Tiongkok telah mengundang perhatian seluruh dunia. Beijing tak pernah menjadi begitu ramai dengan berkerumunan sejumlah besar orang asing dalam sesuatu waktu tertentu: sekitar sepuluh ribu atlet, pelatih, 80 lebih kepala negara, kepala pemerintah dan wakil kerajaan, serta tiga puluh ribu wartawan dari berbagai negara dan ratusan ribu turis asing.

Orang Tiongkok yang ramah tamah menyatakan sambutan kepada tamu-tamu dari luar negeri dalam aneka bentuk. Beijing pada bulan Agustus tidak saja menyediakan Olimpiade yang mengagumkan, tetapi juga memberi kesempatan kepada mereka untuk lebih mengenal Tiongkok yang sebenarnya. Wakil Perdana Menteri Ukraina Ivan Vaciunik untuk pertama kali berkunjung ke Tiongkok mengatakan,

" Sebelum berkunjung ke Tiongkok, saya pernah mendengar isu tentang bahan makanan, air minum serta kualitas udara di Tiongkok. Yang ingin saya katakan ialah, sebelum datang ke sini, saya tidak khawatir, dan sesudah berkunjung ke Beijing, saya juga tidak merasa khawatir. "

Atlet Jerman Friederike Feil yang pertama kali berkunjung ke Tiongkok mengatakan,

"Saya harus mengakui bahwa saya memang khawatir sebelum berkunjung ke Tiongkok, apakah latihan bisa dilakukan karena kualitas udara yang buruk. Setelah tiba di Beijing, saya terkejut sekali, dan nyata sekali, apa yang saya bayangkan sebelum keberangkatan adalah salah."

Pada kenyataannya, banyak tamu asing berpikir seperti Wakil Perdana Menteri Ukraina Ivan Vaciunik atau gadis Jerman Friederike Feil. Sebelum berkunjung ke Tiongkok, mereka menerima informasi yang tak begitu baik tentang Tiongkok atau tentang Beijing. Namun setelah tiba di Beijing, mereka semua menyatakan secara terus terang, " kesan tentang Tiongkok " berbeda dengan " realitas Tiongkok. " Jadi penyebabnya ada dua.

Pertama, sebagai negara berkembang, Tiongkok telah mengalami perubahan besar di bidang-bidang sosial, ekonomi, iptek dan humaniora selama 30 tahun sejak pelaksanaan kebijakan reformasi dan keterbukaan. Dapat dikatakan, bagi Tiongkok, perubahan tersebut diperlukan proses pengenalan dan penyimpulan, sedangkan bagi dunia, perubahan itu lebih-lebih diperlukan pengenalan. Dunia memerlukan waktu untuk mengenal Tiongkok.

Penyebab kedua, dalam dominasi atau pengendalian media aliran utama Barat terhadap opini internasional, umum mudah terpengaruh oleh opini Barat mengenai kesan dan pandangan atas sesuatu hal. Dalam keadaan seperti itu, dunia perlu berkontak secara " jarak nol " dengan Tiongkok, dunia memerlukan kesempatan untuk mengenal Tiongkok.

Direktur Pusat Penelitian Media Internasional Universitas Media Tiongkok, Chen Weixing berpendapat, Olimpiade Beijing menyediakan platform kepada dunia untuk dengan lebih cepat mengenal Tiongkok, sementara juga merupakan jalur yang efektif bagi dunia untuk " dengan mata kepala sendiri " mengenal Tiongkok.

" Tentang pengenalan dunia mengenai Tiongkok, media aliran utama di negara-negara maju mungkin dapat memainkan peranan yang lebih besar. Akan tetapi, apabila mereka berkunjung ke Tiongkok, menyaksikan dengan mata kepala sendiri, maka mereka akan terasa berbeda. Para tamu dari dunia Barat yang berkunjung ke Tiongkok untuk menyaksikan Olimpiade akan merasakan ketertiban masyarakat, kenyamanan suasana masyarakat, sehingga mengatasi kesalah-pahamannya. "

" Orang Tiongkok sangat ramah dan suka membantu orang lain. Beijing sangat indah, kotanya bersih, Beijing akan menjadi lebih indah karena penyelenggaraan Olimpiade. "

Siteni Moore yang berasal dari California Amerika khusus berkunjung Beijing untuk menonton kompetisi Olimpiade, dia selalu memuji orang Tiongkok yang dia jumpai selama beberapa hari ini.

Memang terdapat perbedaan besar antara kebudayan Timur dengan kebudaya Barat, justru kerena itulah, kedua belah pihak perlu saling mengenal, saling belajar dan saling mengisi. Ketua Pusat Penelitian Media Internasional Universitas Media Tiongkok, Chen Weixing menunjukkan, saling berkontak merupakan dasar penting untuk melakukan pertukaran dan saling mengenal antara kebudayaan yang berbeda.

Olimpiade Beijing telah menyediakan kesempatan yang sangat baik bagi tamu-tamu asing untuk mendekati Tiongkok, namun bukanlah satu-satunya kesempatan, beramah tamah adalah tradisi bangsa Tionghoa, reformasi dan keterbukaan telah membuka lebar pintu Tiongkok terhadap dunia. Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Olilmpiade Beijing, Liu Qi di depan upacara pembukaan Olimpiade,

" Kami dengan tulus berharap, sejarah dan kebudayaan bangsa Tionghoa, kota dan desa yang penuh vitalitas, rakyat yang ramah tamah akan meninggalkan kesan yang indah kepada para sahabat. Selatamat datang ke Beijing. "