Presiden Tiongkok Xi Jinping akan berangkat ke Osaka untuk menghadiri Pertemuan Puncak ke-14 Pemimpin-pemimpin G20. Dalam pertemuan puncak yang sebelumnya, pemimpin Tiongkok mengajukkan pendapat Tiongkok demi menyempurnakan pengelolaan ekonomi dunia dan menyumbangkan kecerdasan Tiongkok, memperlihatkan pentingnya Tiongkok akan partisipasi dalam kerja sama G20 dan tanggung jawab sebagai negara besar.
Pertemuan Puncak G20 didirikan pada 2008, ketika itu krisis monter yang berasal dari AS gulingkan sednuia. Untuk menghindari kelesuan ekonomi mendunia oleh krisis, pemimpin G20 perdana bertemu di Washington.
Selama 10 tahun ini, Pertemuan Puncak G20 telah beralih menjadi mekansime pengelolaan dalam jangka panjang dari mekanisme penanganan krisis, menjadi salah satu mekanisme multilateral yang penting di bidang ekonomi internaisonal. Akan tetapi, seiring dengan timbal unilateralisme, proteksionisme dan anti globalisasi, khususnya terus meningkatnya pergesekan perdagangan yang ditimbulkan oleh AS secara sepihak, anggota G20 mengalami dampak negatif. Semua ini agar Pertemuan Puncak kali ini menghadapi tantangan yang lebih kompleks dan serius.
Menurut OECD, organisasi Kerja Sama dan Perkembangan Ekonomi, pada triwulan pertama tahun ini, ekspor dan pertumbuhan ekonomi anggota G20 lesu. Korea Selatan menurun paling tajam karena Korea Selatan sangat sensitif akan tekanan ekonomi global. Menurunnya ekonomi Korea Selatan berarti kemungkinan resiko ekonomi global yang terperosok dalam keleluan bahkan krisis.
Berbagai organisasi dan badan internasional berturu-turut menurunkan prediksi akan pertumbuhan ekonomi global. Menghadapi krisis urgen dan ketidaktentuan ini, dapatkah anggota G20 memperlihatkan kekaykian dan ketegasan untuk menangani tantangan dengan kesatuan, menuruh perhatian berbagai pihak. Oleh karena itulah, pengambilan kembali cita-cita semula Pertemuan Puncak G20 sangat penting.
Sebagai salah satu anggota G20, teori serta pendirian yang diuraikan Tiongkok memainkan peranan penting untuk mengontrol krisis moneter dan menangani krisis.
Pada halnya, resolusi dan pendapat Tiongkok mencerminkan suara berbagai negara untuk mengejar kemajuan dan perkembangan. Jadi, Direktur Jenderal IMF Ghristine Lagarde menekankan, tugas urgen ini adalah penyelesaian hubungan tegang di bidang perdagangan dewasa ini.
Dengan latar belakang yang naiknya resiko dan unsur ketidakpastian global, komunitas internasional menantikan G20 menjadi tim aksi. Maka, berbagai pihak hendaknya koordinasi pendiriannya, menangani perselisihan agar memberi kesepahaman dan meningkatkan kerja sama.