Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas Tiongkok “11.11” yang jatuh pada 11 November baru saja berakhir. Transaksi ramai di pasar e-commerce Tiongkok sudah pasti akan memberikan tenaga pendorong yang kuat bagi pemulihan ekonomi Tiongkok. Tidak hanya di Tiongkok, bisnis Online juga mengalami perkembangan pesat di Indonesia yang memiliki bonus demografi penduduk berusia muda dan urbanisasi. Sebagai ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara, pasar e-commerce di Nusantara penuh peluang dan tantangan sekaligus.
Dengan populasi sebanyak 262 juta jiwa, Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Banyak bank investasi memandang Indonesia sebagai salah satu pasar e-commerce yang paling potensial di dunia. Hal ini terutama karena penduduknya yang berusia muda. Menurut data resmi, sebanyak 60,41 persen penduduknya adalah populasi yang berusia 40 tahun ke bawah.
Di Indonesia jumlah pelanggan atau pengguna ponsel cerdas sebanyak 195 juta, dan 30 juta di antaranya adalah pembelanja Online. Nyata sekali, pertambahan pengguna seluler di negeri itu masih sangat potensial. Merujuk pada data Morgan Stanley, dalam waktu dua tahun lalu skala e-commerce Indonesia bertumbuh dengan laju 50 persen tahunan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar e-commerce Indonesia berpotensi tumbuh dengan mengikuti pola yang hampir sama dengan pasar e-commerce Tiongkok. Dengan kata lain, pasar bisnis Online Indonesia akan mencapai sekala sebesar 52 miliar dolar AS pada 2023 jika terwujud pertumbuhan minimal 32 persen setiap tahun dalam waktu lima tahun mendatang.
Pada tahun-tahun belakangan ini, sejumlah raksasa Online Tiongkok berturut-turut menanam modal ke Indonesia dengan melakukan merger dan mendirikan platform online patungan dengan rekannya di Indonesia. Penyuntikan dana dari perusahaan Tiongkok akan sangat mendorong perkembangan pesat ekonomi Online Indonesia.
Akan tetapi perkembangan e-commerce di negeri ini tentunya akan mengalami banyak kendala. Misalnya masyarakat Indonesia masih kurang percaya terhadap pembayaran seluler. Penggunaan kartu bank masih dalam proporsi yang rendah. Pembayaran Online atau pembayaran seluler masih tidak semulus seperti apa yang diharapkan. Bank Sentral Indonesia tengah menggalakkan GNNT untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pembayaran mobile. Gerakan itu juga didukung oleh sejumlah lembaga moneter domestik dengan meluncurkan instrumen pembayaran masing-masing pihak, yakni E-payment sebagai sistem pembayaran yang menggunakan fasilitas internet sebagai sarana perantara. Hal ini akan memberikan pendorongan yang kuat bagi perkembangan e-commerce Indonesia.
Logistik merupakan bagian penting dari e-commerce, sekaligus tantangan berat bagi Indonesia yang terdiri atas 17 ribu Kepulauan.
Walaupun menghadapi banyak tantangan, akan tetapi potensi perkembangan pasar e-commerce Indonesia tidak boleh diremehkan. Pasar Indonesia yang menghadapi peluang dan tantangan sekaligus pasti akan menarik sorotan lebih banyak investor dari mancanegara.