Boleh dikatakan bahwa Amerika Serikat adalah negara nomor satu di seluruh dunia yang gagal menanggulangi wabah Covid-19, negara nomor satu di seluruh dunia yang nekat menimpakan tanggung jawab politik kepada negara lain, dan negara nomor satu yang menyebarkan wabah ke seluruh dunia. Kegagalan pemerintah AS dalam penanggulangan wabah telah mengundang kritik dari berbagai pihak, dan fakta dalam jumlah besar membuktikan bahwa di bidang penanggapan wabah Covid-19, hampir setiap langkah pemerintah AS adalah gagal
Sudah satu setengah tahun AS menjadi negara yang paling serius tertimpa wabah di seluruh dunia. Meninjau kembali satu setengah tahun ini, AS selalu terjerumus dalam sirkrus “memburuk-mereda-melonjak kembali”. Pada awal merebaknya wabah di AS, pemerintah AS selalu bersikap pasif, dengan sengaja meremehkan keseriusan wabah, maka kelewatan peluang terbaik untuk mencegah dan mengendalikan wabah.
Dalam keadaan ini, hoax politikus secara berangsur-angsur mendominasi kesepahaman masyarakat AS akan pandemi, pemerintah AS tidak mengeluarkan strategi yang bertujuan untuk menanggulangi pandemi secara fundamental.
Pertimbangan-pertimbangan politik, misalnya bagaimana bertindak supaya bisa menguntungkan partai sendiri dan mengupayakan tingkat dukungan lebih tinggi dalam pemilu secara mendalam menyerap ke dalam urusan penanggulangan wabah.
Pada paro kedua Maret tahun 2020, jumlah kasus terdiagnosa harian di AS berturut-turut menerobos 10 ribu. Ketika mengamuknya pandemi, berbagai argumentasi Gedung Putih malah menyesatkan masyarakat AS sehingga masyarakat AS membayar sangat mahal.
The New York Times melaporkan bahwa pada awal merebaknya pandemi, pimpinan pemerintah AS ketika itu kerap kali tidak memedulikan peringatan ilmuwan, mengeluarkan usulan “gila-gilaan” tanpa dasar ilmilah. Untuk “meringankan” kondisi pandemi, pemerintah AS ketika itu malah berkali-kali mengubah data wabah.
Para politikus AS selalu menomor-satukan kepentingan pribadi saja sehingga sulit diadakan kerja sama dalam penanggulangan wabah. Yang lebih parah lagi ialah pemerintah AS tanpa memedulikan tentangan kalangan pakar memaksa menghidupkan kembali ekonomi untuk menghindari terjadinya kemerosotan ekonomi yang akan memengaruhi kinerja politiknya.
Setelah dilantiknya Joe Biden sebagai Presiden AS tanggal 20 Januari lalu, pertarungan antara kedua partai terus berlanjut, pemerintah federal dan pemerintah daerah saling bertikaian. Masalah apakah mendukung pengenaan masker tetap menjadi masalah politik, program vaksinasi yang didambakan oleh masyarakat AS tetap menjadi salah satu titik pertarungan politik AS.
Menghadapi pandemi yang menyerikan, kebijakan pemerintah AS malah dibajak oleh politisasi sehingga masyarakat AS mengalami keretakan dan ratusan ribu jiwa menjadi korban politik.
Majalah the Atlantic AS malah berkeluh: “Setelah bangun setiap pagi, setiap warga negara AS akan merasa dirinya hidup dalam satu negara yang serba kalah.” Majalah the New England Journal of Medicine AS dalam tajuk rencananya mengatakan, bahwa dalam proses penanggulangan pandemi, hampir setiap langkah pemerintah AS adalah gagal.
