Seorang gadis yang berasal dari Togo datang ke AS pada umur 15 tahun. Gadis ini yang ingin mendapat pendidikan lebih baik di AS malahan diperbudakkan di sana. Selama beberapa tahun, gadis ini dipaksa kerja di satu salon rambut tanpa gaji di kota Newark, Negara Bagian New Jersey.
Dari 2002 hingga 2007, lebih dari 20 gadis seumur dari Togo dan Ghana diperdagangkan ke AS kemudian dipaksa kerja di salon. Pada 2007, banyak gadis itu dibebaskan badan imigrasi AS. Ditemukan bahwa sindikat penyelundup manusia menggaet untung lebih dari 4 juta dolar AS dari gadis-gadis tersebut yang sering dipukul dan diputuskan hubungan dengan luar.
Kota Newark hanya berjarak 20 hingga 30 menit dengan kendaraan mobil dari Kota New York, ternyata “sistem perbudakan” masih terdapat di metropolitan AS.
Paul Fishan, pengacara dari Negara Bagian New Jersey menyatakan, tragedi ini memang sulit dipercaya bahwa masih ada orang diperbudakkan, ini adalah pelanggaran terhadap HAM yang tak dapat diterima.
Departemen Luar Negeri AS juga mengakui bahwa AS adalah negara sumber, negara transit dan negara tujuan bagi para korban yang mengalami kerja paksa, perbudakan hutang, perbudakan tidak rela dan jual-beli seksual, dan korbannya mencakup pula warga AS dan warga negara asing.
AS, yang selalu menyebut diri sendiri sebagai “mercusuar HAM”, tapi juga negara paling maju di dunia yang satu-satunya yang tidak menerima “Konvensi Hak Anak-anak PBB”, selain itu, AS hanya menerima 2 dari 6 konvensi inti organisasi buruh internasional, dan merupakan paling sedikit di dunia.
Menurut statistik pemerintah AS, pada 2019 penegak hukum AS menemukan 858 kasus buruh anak yang melanggar Undang-undang Standar Kerja Adil, dan 544 orang belum dewasa bekerja di posisi kerja yang berbahaya, sedangkan data statistik dari sejumlah asosiasi sektor usaha AS jauh lebih tinggi daripada angka yang diumumkan pemerintah AS.
