Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

2021-08-26 16:38:43  

Di depan upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo yang dibuka pada 24 Agustus yang lalu, delegasi olahraga pengungsi pertama kali masuk ke lapangan, pembawa bendera adalah seorang pemuda tanpa lengan. Meskipun kehilangan dua lengan, tapi dia mengikatkan bendera di punggungnya. Adegan itu sangat mengesankan.

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Total terdapat enam atlet pengungsi tampil di Paralimpiade Tokyo 2020, mereka mewakili jutaan orang yang kehilangan tempat tinggal di seluruh dunia, mereka terpaksa melarikan diri dari kampung halaman, berpisah dengan sanak keluarga, mengalami perjalanan susah payah, berupaya menciptakan kehidupan baru demi diri sendiri.

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Pembawa bendera Abbas Karimi adalah salah satu dari dua atlet cacat cabang berenang. Dia adalah seorang pengungsi Afghanistan. Sejak dilahirkan dia sudah kehilangan lengan, dan mengalami diskriminasi karena cacat fisik dan ras di tanah air, pada usia 16 tahun, dia melarikan diri ke Turki, setelah hidup di sana selama 4 tahun sebagai pengungsi, dia dipindahkan ke Amerika Serikat.

Abbas adalah seorang atlet paralimpik pengungsi yang pertama yang berhasil memperoleh medali di pertandingan internasional. Dia pernah meraih medali perak dalam kejuaraan berenang atlet penyandang cacat Meksiko tahun 2017. Bagi dia, inilah momen yang patut dibanggakan. Dia berharap meraih satu medali lagi di Tokyo, kata Abbas: “Saya berpendapat, atlet pengungsi dapat naik ke podium adalah sangat penting baik bagi kami sendiri maupun semua pengungsi. Karena ini dapat mendatangkan perubahan, dorongan dan harapan kepada para pengungsi.”

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Ibrahim Al Hussein juga adalah atlet pengungsi untuk cabang berenang. Dia berasal dari Suriah. Dia kena luka karena ledakan bom ketika membantu temannya, kaki kanan di bawah lutut diamputasi dalam operasi.

Wakil kecil, Ibrahim pernah berenang di Sungai Euphrates bersama ayahnya, seorang pelatih berenang. Kini Ibrahim yang usianya 32 tahun sudah memperoleh identitas pengungsi, dia kembali berenang dan mengikuti pertandingan. “Karena olahraga, saya seakan melupakan kaki amputasi, penyakit saya, pengalaman sulit saya.”

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Alia Issa adalah pembawa bendera wanita dalam delegasi olahraga pengungsi. Dia adalah atlet cacat pengungsi wanita pertama, juga adalah anggota yang berumur paling muda. Dia baru berusia 20 tahun, dia adalah seorang pengungsi Suriah, sekarang tinggal di Yunani.

Pada usia 4 tahun, Issa menderita penyakit cacar, benaknya terluka, sehingga memberikan kerugian bagi fisik dan kecerdasan. Alia Issa menyatakan, berolahraga sangat penting bagi dia, karena dia merasakan dirinya lebih kuat dan lebih percaya diri.

Targetnya memperoleh prestasi baik di Paralimpiade, dia akan menunjukkan kepada penyandang cacat wanita dan pengungsi wanita, bagaimana olahraga membuka satu dunia yang penuh kemungkinan.

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Sharad Nasajpour lahir di Iran, sejak kecil dia sangat suka berolahraga, tapi karena dia menderita Cerebral Palsy, tubuh sebelah kirinya sulit bergerak.

Sebagai generasi tua anggota delegasi olahraga pengungsi Paralimpiade, Sharab merasa termotivasi karena anggota delegasinya diperluas sampai 6 orang.

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Meskipun hidup di kamp pengungsi Rwanda, Parafait Hakizimana akhirnya menemukan kebahagiaan dirinya, karena olahraga membimbing dia tidak boleh putus asa dalam perjalanan mengejar harapan di masa depan.

Delegasi Olahraga Pengungsi Paralimpiade Tokyo --Tim Atlet Paling Berani di Dunia

Anas Al Khalifa adalah orang Suriah. Tahun 2018, dia jatuh dari gedung lantai dua, sumsum tulang terluka, kakinya tidak bisa berjalan.

Satu tahun yang lalu, dengan bantuan seorang terapis, dia mulai mengikuti olahraga kayak untuk atlet cacat, pelatihnya adalah peraih medali Olimpiade. Karena keuletan dirinya dan dukungan pelatih, teknik permainan Anas meningkat nyata. 

谢晓裕