Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

2021-09-02 16:15:46  

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

CMG: Tanggal 25 Agustus lalu merupakan hari pengumuman hasil ujian nasional perguruan tinggi Afghanistan tahun 2021. Salgy Baran yang berusia 19 tahun pagi-pagi duduk di depan televisi dan menyaksikan siaran langsung TV Tolo, stasiun televisi terbesar setempat. Penyuplaian tenaga listrik hari itu terputus seperti biasa, Salgy terpaksa menyiapkan generator tenaga surya dan baterai UPS. Meskipun dia berada di Kabul, fasilitas sipil mati listrik di siang hari ditambah keguncangan situasi adalah keseharian yang wajar.

Hasil 10 besar ujian nasional perguruan tinggi disiarkan mulai dari peringkat nomor 10. Salgy sangat yakin dia setidaknya dapat memasuki peringkat 5 besar dari sekitar 180 ribu siswa-siswi di seluruh negeri. Sampai peringkat nomor 2, Salgy masih belum menemukan namanya.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Pada saat yang krusial itu, televisi tiba-tiba mati. Salgy segera menghidupkannya kembali generatornya. “Kak, kak, cepat kembali!” Adik perempuannya, Nilufar yang berusia 17 tahun memanggilnya. Salgy dengan cepat berlari kembali dan sempat menyaksikan namanya dalam kartu izin ujian yang ditayangkan di layar televisi : Salgy Baran!

Kedua kakak dan beradik itu bersorak-sorai dengan gembira, kerabatnya pun sempat datang untuk memberi selamat kepada mereka.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Tiga Target Sang Juara

Setiap bulan Februari hingga Maret, berbagai tempat di Afghanistan akan melaksanakan ujian masuk perguruan tinggi secara bergelombang. Meskipun ketegangan situasi semakin serius, dan sejumlah sekolah ditutup karena pandemi, tapi ujian nasional tetap digelar sesuai jadwal. Ujian masuk perguruan tinggi nasional Afghanistan disebut sebagai Kankor, ujian terdiri dari 160 buah pertanyaan pilihan dengan skor total 360 poin. Salgy sempat menduduki peringkat no.1 dengan memperoleh skor 352,575.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Yang mengundang perhatian umum ialah, ini merupakan tahun kedua berturut-turut di Afghanistan terdapat siswa perempuan yang menduduki peringkat no.1 dalam ujian nasional di Afghanistan, sementara Salgy adalah siswi pertama asal suku Pushtun dalam sejarah di negerinya. Suku Pushtun dianggap sebagai suku terbesar di Afghanistan, dengan jumlah populasi menempati 40% dari seluruh negeri, mayoritas anggota organisasi Taliban Afghanistan adalah orang suku Pushtun.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Kabar Salgy yang menduduki peringkat no.1 dalam ujian nasional sempat mengundang perhatian seluruh negeri, dan dilaporkan berbagai media Afghanistan termasuk situs web warta berita Taliban. Sejumlah politikus terkemuka seperti mantan presiden Hamid Karzai, Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Abdullah Abdullah pun turut menyampaikan selamat kepada Salgy melalui akun medsosnya.

Salgy akhirnya memilih untuk bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Kabul, yang dianggap sebagai pilihan no.1 bagi para siswa siswi yang menduduki peringkat no.1 dalam ujian nasional sebelumnya. Di jendela rumah Salgy sempat ditemukan sebuah stiker yang dijadikan pesan terhadap dirinya sendiri, “target pertama saya adalah menduduki peringkat no.1 dalam ujian nasional; target kedua adalah memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Kabul, target ketiga.... saya belum punya target ketiga.”

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

“Semoga Pemimpin Taliban Memenuhi Janjinya”.

Dewasa ini, Taliban sudah kembali menguasai 33 provinsi dari 34 provinsi di seluruh negeri. Situasi yang rumit ditambah dengan pandemi yang serius membuat setiap universitas di Afghanistan tetap tutup.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Pada tahun 1990-an, di bawah otoritas pemerintahan Taliban, kaum wanita Afghanistan tidak diizinkan belajar atau bekerja di sekolah mana pun. Pada tanggal 29 Agustus, Abdul Baqi Haqqani, penjabat Menteri Pendidikan Tinggi yang baru dilantik oleh Taliban itu menyatakan, dalam rencana pendidikan masa depan, kaum wanita akan diperbolehkan bersekolah, tapi para siswa dan siswi akan dipisahkan. Haqqani mengatakan bahwa Taliban Afghanistan akan membuka mata pelajaran yang “rasional, sesuai dengan pandangan nilai Islam, bangsa dan sejarah”, dan dapat “bersaing dengan negara lain”. Selain itu, penanggung jawab Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan menyatakan bahwa universitas negeri dan swasta akan segera dibuka kembali, serta menjamin akan membayar gaji staf dan dosen universitas.

“Jika pemimpin yang sekarang dapat memenuhi janjinya untuk memperbolehkan kaum wanita bersekolah dan bekerja, ini adalah hal yang sangat bagus. Jika situasi mendukung, saya akan menyelesaikan sekolah saya dan tidak akan berhenti di tengah jalan. Jika situasi dalam negeri tidak mendukung, saya berharap dapat melanjutkan sekolah di luar negeri. Pada intinya, harapan saya adalah dapat menyelesaikan sekolah, dan memberikan kontribusi kepada negara.” Ujar Salgy.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

“Menjadi Seorang Dokter yang Tidak Akan Membuat Kesalahan”

Salgy lahir dari sebuah keluarga kelas menengah di Provinsi Laghman, Afghanistan Timur Tengah. Sama seperti kebanyakan daerah di Afghanistan, tempat lahir Salgy kekurangan layanan medis dasar. Saat berusia 7 tahun, ayah Salgy meninggal akibat kelalaian medis. Tragedi ini menjadi sebab utama yang mendorong Salgy mempelajari jurusan kedokteran. Saya ingin menjadi seorang dokter yang tidak akan membuat kesalahan.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Keluarga Salgy mempunyai 11 anak, 3 anak laki-laki, 8 anak perempuan. Salgy adalah anak ke-10. Tahun 2015, keluarga Salgy pindah ke kota Kabul. “Saya hidup di keluarga yang berpikiran terbuka, keluarga saya mendukung saya bersekolah.”

“Saya tidak memiliki kelebihan apa-apa, hanya berusaha melakukan yang terbaik dan giat belajar. Saya berharap semua anak perempuan dapat giat belajar, menggali potensi diri dengan menggunakan segala kondisi. Saya lebih berharap semua orang tua dapat berusaha menciptakan kondisi untuk mengantarkan anak perempuan mereka bersekolah, karena masa depan negara berada dalam tangan mereka.” Kata Salgy.

“Kita Harus Mengandalkan Diri Sendiri, agar Negara Dapat Bangkit Kembali”

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Salgy adalah anak perempuan yang beruntung. Dia hidup di kota Kabul yang tidak terlalu membatasi perempuan. Di rumahnya ada mesin dinamo. Jika mempunyai uang ia akan menggunakannya untuk belajar kursus. Perlu diketahui, banyak anak usia SMA di Kabul yang tidak mengenal huruf. Dia memiliki keluarga yang terbuka yang mendukungnya bersekolah sampai tamat.

Namun, di balik kisah juara perempuan ini, terdapat angka-angka yang serius.

Di antara populasi Afghanistan yang berjumlah 36 juta orang, 65 persen penduduknya buta huruf, kebanyakan di antaranya adalah kaum wanita, persentasenya mencapai 96 persen. Tahun 2017, sebuah laporan yang dirilis lembaga HAM internasional menunjukkan, hasil penyelidikan terhadap 4 provinsi di Afghanistan dan angka pemerintah menunjukkan, di antara 35 juta anak yang putus sekolah di daerah-daerah tersebut, 85 persennya adalah anak perempuan. Di sejumlah provinsi, siswa perempuan hanya berjumlah 15 persen dari total keseluruhan. Menurut laporan tersebut, konflik kekerasan dan tindak kejahatan yang berkaitan dengan milisi etnis dan kelompok kejahatan mengakibatkan anak perempuan menghadapi ancaman kekerasan seksual, penculikan dan serangan. Sementara itu, pendidikan mereka pun mengalami ancaman. Di samping itu, kurangnya guru wanita dan tidak sempurnanya fasilitas toilet juga memperparah keadaan putus sekolah anak-anak perempuan.

Juara Ujian Nasional Afghanistan: Saya Ingin Berkontribusi kepada Negara

Lalu ke mana anak-anak yang putus sekolah itu? Menurut media Afghanistan, sekitar 3 juta anak-anak Afghanistan harus mencari nafkah demi keluarga, cara mereka mencari nafkah termasuk menjual buah-buahan dan barang-barang kecil, mengantar air, menyemir sepatu, menjadi pembantu, bahkan menjadi pengemis…… Menurut statistik yang diumumkan lembaga amal Inggris Save The Children, sekitar 7,2 juta anak-anak Afghanistan kekurangan makanan. Dari tahun 2005 hingga tahun 2019, sekurang-kurangnya 26 ribu anak Afghanistan jadi korban dalam kerusuhan dan serangan.

“Saya ingin mendirikan badan amal untuk membantu anak perempuan yang tidak dapat menerima pendidikan. Selain itu, banyak anak di negara kami yang tidak mempunyai buku dan pena pada usia sekolah, masih kecil sudah menjadi kuli. Saya berharap negara kami dapat bangkit kembali, anak-anak yang manis itu tidak perlu menjadi kuli dan dapat terus belajar di sekolah.” Ujar Salgy.

Sebuah fakta yang menyedihkan ialah, karena kerusuhan selama bertahun-tahun, banyak pemuda kehilangan harapan dan terjerumus dalam sosial media dan acara televisi, tidak mempunyai semangat lagi.

Berbicara mengenai anak perempuan yang tidak ingin bersekolah atau tidak ingin belajar, Salgy mengatakan, “negara ini sedang menanti kita membangun, kita adalah harapan negara. Kita harus mengandalkan diri sendiri, agar negara dapat bangkit kembali. Afghanistan adalah ibu negara kita semua, kalian pasti tidak ingin situasi terus memburuk. Mari kita berupaya bersama demi Afghanistan yang serba baru.”

 

赵颖