XINHUA: Hari Sabtu kemarin (11/9), berbagai tempat di Amerika Serikat (AS) termasuk Washington dan New York menggelar kegiatan peringatan 20 tahun serangan teror “9/11”, dalam rangka mengenang para korban dalam peristiwa tersebut.
Presiden AS Joe Biden pada hari tersebut berkunjung ke beberapa lokasi serangan teror seperti bekas reruntuhan gedung World Trade Center (WTC) di New York, Tugu Peringatan Nasional Dinas Penerbangan nomor 93 di Shanksville, negara bagian Pennsylvania dan gedung Pentagon, tapi tidak menyampaikan pidato.
Ketika menjawab pertanyaan wartawan di Shanksville, Biden sempat menceritakan kisah persahabatannya dengan seorang sanak keluarga yang ditinggalkan dan menyatakan bahwa kepahitan akibat peristiwa serangan teror tidak akan berkurang seiring dengan waktu.
Mantan presiden George W Bush yang menjabat sebagai presiden saat serangan teror terjadi juga datang berkunjung ke Shanksville dan menyampaikan pidatonya. Dia mengatakan bahwa semakin banyak bukti telah menunjukkan, ancaman yang dihadapi AS tidak hanya berasal dari luar negeri, tapi juga berasal dari AS sendiri...politik AS sedang penuh dengan kemarahan, kepanikan dan kebencian, sehingga masyarakat merasa khawatir terhadap masa depan negara dan dirinya sendiri.”
Tanggal 11 September tahun 2001, kaum teroris membajak 4 pesawat penerbangan sipil AS, dua pesawat di antaranya menabrak gedung World Trade Center (WTC) yang kemudian runtuh rata dengan tanah, satu pesawat menghancurkan salah satu pojok gedung Pentagon, dan satu lagi jatuh di Shanksville, negara bagian Pennsylvania. Tiada penyintas dalam empat kecelakaan pesawat tersebut. Serangkaian serangan tersebut mengakibatkan sekitar 3.000 orang tewas dan kerugian harta benda senilai puluhan miliar Dolar US.
Presiden AS saat itu, George W Bush segera melancarkan “perang anti teror” tak lama setelah serangan terjadi. Selama 20 tahun terakhir ini, AS dengan alasan anti terorisme melancarkan perang dan aksi militernya di sekitar 80 negara di dunia termasuk Afghanistan dan Irak, dengan mengakibatkan sedikitnya 800 ribu orang tewas, puluhan juta orang kehilangan tempat tinggal, dan sedikitnya 20 juta orang lebih hingga saat ini masih hidup dalam kondisi yang sangat buruk.
