“Si Bung Australia Itu”, Jangan Terus Membadut

2021-09-21 16:06:21  

“Si Bung Australia Itu”, Jangan Terus Membadut

Belakangan ini, Australia terus mengundang sorotan dunia sebagai “pengkhianat” karena secara sepihak merobek kontrak kapal selam dengan Prancis dan bergabung dalam aliansi militer baru AUKUS yang beranggotakan AS dan Inggris. Akan tetapi, yang tak disangka PM Australia Scott Morrison ialah, pada konferensi pers terkait pembentukan AUKUS belum lama yang lalu, Presiden AS Joe Biden bahkan melupakan namanya, dan sempat memanggilnya dengan sebutan “si bung Australia”, yang langsung meresponsnya dengan senyuman dan mengacungkan jempol.

Barang kali Morrison yang sudah siap berperan sebagai “adik” memiliki ketahanan mental yang kuat sehingga masih bisa menyiratkan seberkas senyum di wajahnya. Akan tetapi, bagaimana pun juga dia adalah perdana menteri Australia dan sikapnya yang bermuka manis kepada AS yang sombong tak pelak lagi adalah penghinaan bagi segenap rakyat Australia. Salah satu media Rusia dalam sebuah artikelnya menulis bahwa ketika seluruh dunia tertawa, warga Australia sama sekali tidak bisa tertawa. “Itulah kontraksi budaya, contoh terbaru dalam hal ini,” dan “hal itu telah dibuktikan oleh Perdana Menteri kita. Kita bahkan bungkam ketika diperlakukan sebagai orang kampungan”.

Dari insiden tersebut mari kita ulas apakah Australia memang negara yang ikut-ikutan dalam hal yang disebut sebagai “segi tiga besi” yang terjalin antara AS, Inggris dan Australia.

“Si Bung Australia Itu”, Jangan Terus Membadut

Pertama, perjanjian pembuatan kapal selam tenaga nuklir yang ditandatangani AUKUS ini hakikinya adalah pengkhianatan Australia terhadap Prancis, yang tentunya sangat marah akan hal itu. Selain akan membayar ganti rugi dalam jumlah sangat besar kepada Prancis, Australia juga tak luput dari ketidakpercayaan bahkan pembalasan dari Prancis.

Kedua, tindakan Australia tersebut bertentangan dengan semangat kontrak atau contract spirit. Hal ini akan membawa dampak negatif yang panjang bagi Australia baik di bidang diplomatik maupun ekonomi. Coba bayangkan, siapa yang rela menjalin kerja sama mendalam dengan negara seperti Australia?

Ketiga, keputusan Australia untuk mengimpor teknologi kapal selam tenaga nuklir yang sangat strategis pasti akan menimbulkan keraguan komunitas internasional, khususnya negara-negara tetangga. Apakah Australia akan menaati komitmen tentang non-proliferasi nuklir? Hingga saat ini, Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia telah menyatakan kekhawatiran akan perlombaan senjata yang mungkin ditimbulkan oleh Australia.

“Ke mana tongkat komando Washington diarahkan, ke sanalah Australia pergi”. Di bawah kepemimpinan Scott Morrison, Australia semakin bertekuk lutut di hadapan AS, dan sudah menjadi bahan tertawaan seluruh dunia.

赵颖