AS yang Selalu Berbual Masih Ingin Pimpin Penanggulangan Wabah Global?

2021-09-24 14:00:40  

AS yang Selalu Berbual Masih Ingin Pimpin Penanggulangan Wabah Global?

Presiden AS Biden memimpin “KTT Covid-19 Global Virtual” pada hari Rabu (22/9) waktu setempat. Dalam KTT tersebut, Biden berkali-kali menyebutkan “kontribusi” AS terhadap penanggulangan wabah, dan mengumumkan rencana bantuan vaksin selanjutnya kepada negara asing. Namun, opini umum memberikan tanda tanya besar terhadap motivasi dan“target luar biasa” yang digambarkan pihak AS untuk mengadakan KTT tersebut.

KTT yang diadakan pihak AS kali ini sudah lama dipromosikan, dan disebut sebagai “KTT pemimpin negara mengenai penanggulangn wabah yang terbesar skalanya”. Namun akhirnya, pemimpin sejumlah negara utama tidak hadir. Ini mencerminkan sebuah fakta bahwa masyarakat internasional bersikap sangat curiga pada kemampuan AS untuk memimpin penanggulangan wabah global.

Sebagai negara penanggulang wabah yang paling gagal di dunia, kasus Covid-19 di AS hingga kini melampaui 425 juta orang, dan 680 ribu orang lebih meninggal akibat wabah. Jumlah korban tewasnya telah melebihi jumlah kematian selama periode wabah flu di Spanyol, sehingga media AS menyebutnya sebagai sebuah “tonggak sejarah yang mengerikan”.

Sejak terjadinya wabah, yang paling banyak dikeluarkan oleh politikus AS bukanlah kontribusi tapi virus politik dan manipulasi politik, yang dengan serius merusak kerja sama penanggulangan wabah global, dan ini telah dikritik oleh masyarakat umum internasional.

Di latar belakang tersebut, AS mengadakan apa yang disebutnya  KTT Penanggulangan Wabah Global dengan kesempatan Sidang Majelis Umum PBB, dan niat politiknya sangat jelas. Analis berpendapat, tindakan Gedung Putih ini bertujuan memperbaiki citranya yang buruk akibat kegagalan penanggulangan wabah dan menutupi kondisinya yang memalukan akibat penarikan tentara dari Afghanistan secara terburu-buru belakangan ini, serta mengadakan persaingan negara besar melalui peningkatan “diplomasi vaksin”.

Biden dalam pidatonya mengatakan, vaksin yang diekspor AS “melampaui negara manapun”, dan menyatakan akan menyediakan 500 juta dosis vaksin lagi, untuk mendorong vaksinasi sekurang-kurangnya 70% populasi di seluruh dunia setahun berikutnya. Mengenai hal itu, masyarakat internasional menyatakan kecurigaan dan menganggap bahwa AS pandai membual.

Selain itu, kebijakan vaksinasi di AS sangat berbeda jauh dengan kenyataan negara-negara berpendapatan rendah di dunia yang sangat membutuhkan vaksin. Kini, AS tengah mendorong jutaan orang lansia di dalam negerinya dan warga AS yang berisiko tinggi untuk menerima vaksinasi ketiga, namun WHO berulang kali meminta AS dan negara-negara kaya lainnya untuk menunda rencana tersebut untuk sementara karena banyak orang di dunia ini masih belum menerima vaksinasi pertama. “The Guardian” Inggris menunjukkan, Biden mungkin menghadapi kecurigaan yang tajam, ketika jumlah penerima vaksin pertama di negara-negara berkembang belum mencapai 2%, mengapa dia   mempromosikan vaksinasi ketiga kepada publik AS?

马宁宁