AS Harus Laksanakan Kesepahaman yang Dicapai Pemimpin Tiongkok dan AS

2021-10-08 10:50:53  

Anggota Politbiro Komite Sentral PKT selaku Direktur Kantor Komisi Pusat Urusan Luar Negeri PKT Yang Jiechi mengadakan pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di Zurich, Swiss pada hari Rabu lalu (6/10). Kedua pihak sepakat untuk menuntaskan kesepahaman yang dicapai kedua pemimpin negara dalam pembicaraan telepon tanggal 10 September lalu, bersama mendorong hubungan kedua negara kembali ke jalur normal yang sehat dan stabil.

Satu bulan sebelumnya, atas undangan, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengadakan kontak telepon dengan Presiden AS Joe Biden. Dalam pembicaraan tersebut Xi Jinping menekankan, hubungan Tiongkok-AS bukan sebuah pilihan untuk menanganinya dengan baik atau tidak, melainkan pertanyaan yang wajib dijawab bagaimana menanganinya dengan baik. Saat itu, Biden juga memberikan sinyal untuk berdialog dan bekerja sama. Pertemuan tingkat tinggi yang digelar di Swiss bertujuan menuntaskan kesepahaman penting yang dicapai kedua pemimpin negara. Kedua pihak menyatakan niat untuk meningkatkan komunikasi strategis, menangani perselisihan dengan baik, menghindari konflik dan konfrontasi serta menang bersama. Ini telah memberikan jawaban untuk menyelesaikan hubungan Tiongkok-AS dengan baik.

 

AS Harus Laksanakan Kesepahaman yang Dicapai Pemimpin Tiongkok dan AS

Pada tahun-tahun terakhir ini, hubungan Tiongkok-AS menurun dengan tajam, hal itu disebabkan karena pihak AS memberikan perkiraan strategis yang salah, dan juga terdapat pemahaman yang salah terhadap hubungan antara kedua negara. Maka, kedua pihak meningkatkan komunikasi strategis, terutama AS, membetulkan pemahaman yang salah kepada Tiongkok menjadi hal yang sangat penting bagi hubungan Tiongkok-AS untuk dapat kembali ke jalur yang normal.

Pertama, AS harus mengenal hakikat hubungan Tiongkok-AS yang saling menguntungkan dan menang bersama. Beberapa waktu lalu, di dalam negeri AS terdapat pendapat yang salah, yakni menganggap Tiongkok selalu mendapat keuntungan sepihak dari AS. Tapi apakah ini hal yang benar? Umpamanya, volume perdagangan Tiongkok-AS dari 2,5 milyar Dolar AS pada tahun 1979 meningkat sampai 629,5 milyar Dolar AS pada tahun 2020. Laporan yang dikeluarkan Kamar Dagang AS-Tiongkok kini menunjukkan, optimisme perusahaan AS terhadap bisnis Tiongkok telah pulih hingga level sebelum pandemi, dan mencapai titik puncak dalam waktu 3 tahun terakhir. Coba bayangkan, jika hanya satu pihak yang mendapat keuntungan, hubungan perdagangan Tiongkok-AS mana mungkin berkembang hingga level saat ini? Mengapa perusahaan-perusahaan AS begitu mementingkan pasar Tiongkok?

Dalam pertemuan kali ini Tiongkok dengan jelas menentang konsep hubungan antara kedua negara dengan kata “kompetisi”, ini adalah pembetulan terhadap pemahaman salah sejumlah orang AS.

AS Harus Laksanakan Kesepahaman yang Dicapai Pemimpin Tiongkok dan AS

Sementara itu, AS harus dengan tepat mengetahui kebijakan dalam dan luar negeri Tiongkok dan maksud strategis Tiongkok. Tiongkok berkali-kali menekankan tidak berniat memprovokasi atau  menggantikan posisi AS, melainkan mengejar kemajuan diri sendiri. Tiongkok tidak memiliki strategi hegemoni, melainkan strategi pembangunan, tujuannya membuat rakyat Tiongkok mempunyai kehidupan yang sejahtera. Sejumlah orang mengonsepkan Tiongkok sebagai lawan strategis yang terbesar bahkan musuh imajiner, dengan sekuat tenaga menimpakan kesalahan dalam negerinya kepada Tiongkok, hal ini nyata adalah “resep obat” yang salah. Tantangan yang dihadapi AS selalu berasal dari dalam negerinya sendiri, AS sebaiknya menangani masalahnya sendiri dengan baik dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Dunia luar mencatat, AS kini menunjukkan sikap yang positif dalam menangani hubungan Tiongkok-AS, misalnya, menyatakan tidak berniat mencegat pembangunan Tiongkok, tidak ingin mengadakan perang dingin yang baru, dan mempertahankan kebijakan satu Tiongkok. Sikap-sikap tersebut sangat penting, tapi aksi lebih penting daripada perkataan. AS tidak boleh sambil berbicara tidak berniat mencegah Tiongkok, namun sambil menekan Tiongkok dengan berbagai tindakan. AS harus sungguh-sungguh menghormati kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan Tiongkok, berhenti mengintervensi urusan dalam negeri Tiongkok dengan menggunakan masalah Taiwan, Hong Kong, Xinjiang, Xizang (Tibet), maritim dan HAM. Ini adalah syarat untuk mendorong hubungan kedua negara kembali ke jalur normal.

Dari Anchorage sampai Zurich, lapisan tinggi Tiongkok dan AS mengadakan pertemuan secara tatap muka, hal ini menunjukkan keinginan dialog dan kerja sama yang diharapkan dunia. Menghindari konflik dan konfrontasi, saling menguntungkan dan menang bersama, Tiongkok dan AS tidak saja perlu meneruskan dialog dan komunikasi, tapi juga perlu segera menuntaskan kesepahaman yang dicapai kedua pemimpin negara, terutama AS, harus selekasnya membuat dunia melihat aksinya dalam menyelesaikan masalah.

王伟光