Angkatan Laut AS baru-baru ini mengumumka laporan penyelidikan terkait kapal kapal selam bertenaga nuklir USS Connecticut bertabrak dengan gunung bawah laut tak bernama. Akan tetapi, sejumlah masalah krusial seperti tujuan pelayaran, tempat kejadian kecelakaan, apakah terjadi atau tidaknya kebocoran nuklir dan apakah rusak tidaknya lingkungan laut tidak dijelaskan dalam laporan itu. Opini mencurigai adanya rahasia yang ditutup-tutupi oleh AS dalam insiden tersebut.
Dalam peristiwa abnormal pasti ada perbuatan buruk. Untuk memelihara perdamaian dan kestabilan kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS) dan keamanan rute pelayaran internasional, pihak AS wajib menjawab 2 pertanyaan yang paling menarik perhatian dunia.
Pertama, apa tujuan kapal selam USS Connecticut di LTS?
Beberapa tahun terakhir ini, dengan alasan “kebebasan pelayaran” AS terus melancarkan aksi militernya di LTS untuk mendorong ‘Strategi Indo-Pasifik’. Menurut statistik, hingga akhir bulan Juli, Angkatan Udara AS melancarkan pengintaian di dekat wilayah Tiongkok sebanyak lebih dari 2.000 kali. Siapapun bisa mengetahui bahwa AS terus melakukan provokasi di LTS dan membuat alasan untuk meningkatkan kekuatan militernya di kawasan ini. Analis berpendapat, di latar belakang pertarungan Tiongkok-AS dipergawat, kapal selam USS Connecticut dianggap datang untuk mencari intelijensi militer di kawasan ini.
Kedua, apakah terjadi kebocoran nuklir dalam kecelakaan tabrakan ini?
Opini telah mencatat, Armada Laut Pasifik AS dalam pernyataannya mengumumkan, sistem tenaga penggerak bertenaga nuklir kapal selam tersebut tetap beroperasi normal dan tidak terganggu. Tapi yang aneh adalah, pesawat pengintai AS WC-135W pernah melakukan pengintaian di kawasan LTS usai tabrakan itu. Harian South China Morning Post memprediksi, aksi tersebut bertujuan untuk menyelidiki terjadi tidaknya kebocoran nuklir.
“Pihak militer AS tak pernah berkata dengan jujur”. Demikian dikatakan seorang warganet dalam media sosialnya. Memang, dari tindakan AS yang menutup-nutupi rahasia 200 lebih laboratorium biologisnya di dunia, hingga melancarkan pengeboman dan menewaskan warga sipil Afghanistan dengan alasan anti-teror, citra AS selalu adalah “tidak bertanggung jawab, tidak transparan dan tidak dapat dipercaya”
Insiden tabrakan kapal selam AS ini sekali lagi mengingatkan dunia bahwa sebagai negara adidaya satu-satunya di dunia, AS justru adalah sumber malapetaka terbesar yang mengganggu kestabilan dan perdamaian di Laut Selatan. Ada banyak kecurigaan terkait insiden tersebut, AS harus memberikan penjelasan yang jujur kepada dunia.
