Politikus AS Khawatirkan Rusia dan Ukraina Tak Berperang

2022-02-14 14:43:46  

Dalam pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin hari Sabtu lalu 12/2), Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali bahwa jika Rusia mengagresi Ukraina, AS dan mitra sekutunya akan membuat Rusia membayar mahal. Terkait hal ini, Putin menekankan, Rusia tidak mengerti mengapa AS sengaja mengungkapkan informasi palsu kepada media bahwa Rusia berencana mengagresi Ukraina. Pada hari yang sama, Presiden Rusia Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sejauh ini, perang tidak meletus di dalam wilayah Ukraina. Bahkan Zelensky pun dengan bingung meminta negara-negara lain menunjukkan bukti bahwa Rusia mengagresi Ukraina.

Opini umum berpendapat, risiko yang diakibatkan dari krisis Rusia-Ukraina tidak besar, karena berbagai pihak terkait mengetahui bahwa perang akan mengakibatkan risiko yang tak terkendali. Akan tetapi, sebagai negara di luar kawasan ini, AS terus memancing suasana agar perang segera meletus, seperti sangat khawatir bahwa Rusia dan Ukraina tidak akan berperang. Apa alasan di balik semua ini?

Pertama, Washington mencoba menciptakan ketegangan strategis di Eropa dengan mengintensifkan ancaman Rusia supaya negara-negara Eropa terutama negara Eropa Timur dan negara bekas anggota Uni Soviet lebih mengikuti perintahnya. Dengan demikian, AS dapat mengendalikan arah perkembangan situasi keamanan geopolitik Eropa dan membatasi upaya Eropa untuk mengusahakan otonomi keamanan strategisnya.

Kedua, menghasut krisis perang serta memprovokasi konfrontasi dan konflik demi memperoleh keuntungan selalu menjadi trik AS. Dikabarkan, setelah krisis Ukraina meningkat, selain mengirim sejumlah besar senjata ke Ukraina, AS juga mengizinkan Tiga Negara Baltik mentransfer rudal dan senjata buatan AS kepada Ukraina. Di balik semua itu tentu saja ada keuntungan yang diperoleh grup industri militer AS. Masih ada analisa yang menunjukkan bahwa Gedung Putih belakangan ini mengancam agar menghentikan proyek pipa gas alam Nord Stream 2, yang bertujuan untuk memaksa negara-negara Eropa melepaskan ketergantungan mereka pada sumber energi Rusia dan menciptakan kondisi agar AS dapat memperbesar ekspor energinya ke Eropa.

Sebenarnya, jika menengok kembali krisis Rusia-Ukraina putaran ini, sumbernya adalah NATO yang terus berusaha memperluas diri ke Timur dan mempersempit ruang keamanan strategis Rusia setelah perang dingin. Kali ini Rusia bersikeras menuntut NATO untuk memberikan komitmen secara tertulis untuk menghentikan perluasannya ke timur dan tidak menempatkan senjata agresifnya, menentukan batas keamanan militernya dan tidak berbuat keterlaluan. AS dan pemimpin NATO mengetahui hal ini tapi tidak mempedulikannya, malah menghasut dan memperparah situasi, hal ini sepenuhnya adalah hegemonisme dan pikiran perang dingin.

Niat AS tidak dapat menipu dunia, sedangkan pertunjukannya membuat dunia lebih jelas melihat bahwa risiko terbesar global justru adalah kendala di dalam dan luar negeri AS dan perbuatannya yang sewenang-wenang.