Krisis Ukraina Butuhkan Penyelesaian melalui Perundingan dan Hasutan

2022-02-23 12:34:32  

Hari Senin (21/2), setelah Rusia mengakui dua “negara republik” di bagian timur Ukraina, AS beserta beberapa negara Barat segera mengumumkan pengenaan sanksi finansial terhadap Rusia. Di depan rapat darurat Dewan Keamanan PBB terkait masalah Ukraina, Tiongkok mengimbau berbagai pihak agar menahan diri dan menghindari segala aksi yang dapat memperparah ketegangan situasi.

Ini adalah pendirian rasional mengenai penyelesaian krisis Ukraina. Setelah Perang Dingin berakhir, NATO terus melakukan ekspansi ke timur, jika Ukraina diterima oleh NATO, itu pasti akan menjadi ancaman besar bagi keamanan strategis Rusia, oleh sebab itu Rsuia selalu dengan tegas meminta NATO untuk membuat komitmen tertulis berefek hukum bahwa NATO tidak akan melakukakn ekspansi ke timur lagi dan tidak akan menempatkan senjata ancaman. Sedangkan untuk melindungi kedaulatan dan keamanan negara yang sedang berada di tengah pertarungan negara-negara besar, Ukraina juga berharap dapat bergabung dalam NATO. Sedangkan negara-negara Eropa juga khawatir akan sekali lagi terlibat dalam perang yang tak dapat terkendali.

Tampaknya krisis Ukraina diakibatkan oleh serangkaian faktor yang rumit, termasuk AS yang berperan sebagai pengadu domba. Baru-baru ini Washington terus menyebarkan berita bahwa Rusia akan “mengagresi” Ukraina, dengan tujuan mengalihkan kontradiksi domestik untuk menyelamatkan tingkat dukungannya yang anjlok, dan berupaya mengikat Eropa melalui ketegangan geopolitik, sekaligus menutupi niatnya yang tidak bersedia menanggapi tuntutan keamanan Rusia. Apa yang dilakukan AS justru seperti menyiram minyak di atas api.

Yang patut dicatat adalah, dalam menghadapi krisis Ukraina, selain saling unjuk kekuatannya, berbagai pihak juga menunjukkan keinginannya untuk berunding. Kanselir Jerman Olaf Scholz baru-baru ini menyatakan, Eropa sedang terancam perang, namun jalur diplomatik tetap menjadi salah satu solusi krisis Ukraina. Presiden Ukraina Zelensky juga menekankan, berita meletusnya perang Rusia-Ukraina yang sedang disebarkan tengah merugikan ekonomi Ukraina serta kehidupan rakyatnya.

Solusi terkbaik krisis Ukraina adalah duduk di meja perundingan bukannya “adu domba”. Di depan Konferensi Kemanan Munich ke-58 baru-baru ini, Tiongkok menunjukkan bahwa isu Ukraina hendaknya segera kembali ke titik awal Persetujuan Minsk.

Saat ini, situasi Ukraina cenderung memburuk. Semua pihak yang terkait perlu menahan diri, meyadari pentingnya prinsip keamanan yang tidak boleh dipisahkan untuk menghindari peningkatan situasi. AS dan kekuatan eksternal lainnya harus aktif mendorong perundingan bukannya membuat ketegangan ataupun kepanikan. Negara besar harus berbuat dengan baik demi perdamaian dunia.