Kekuatan yang Terkuat- Keyakinan

2022-02-25 14:56:11  



Pada tanggal 7 Februari lalu, saat atlet Kanada Max Parrot meraih medali emas dalam nomor pertandingan papan seluncur gaya bebas putra, mungkin masih banyak penonton yang belum tahu bahwa dia juga pernah menjadi seorang pasien yang melawan penyakit kanker.

Pada tahun 2018, Parrot menderita penyakit kanker. Tahun 2019, dia sudah menerima 12 kali pengobatan kemoterapi yang akhirnya berhasil mengalahkan penyakit dan berhasil kembali ke lapangan ski yang digemarinya dan meraih juara.

Keyakinan untuk tak pernah menyerah mendorong para atlet terus melampaui dirinya sendiri dengan berani, membuat kita beruntung dapat menyaksikan perjuangan, kegembiraan dan air mata mereka. Di dalam dan luar lapangan pertandingan, momen-momen perjuangan tersebut, momen-momen mengharukan yang tidak berkaitan dengan kemenangan atau kegagalan tersebut, dianggap sebagai penjelasan yang paling sesuai untuk moto Olimpiade yaitu “lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat-bersama”.

Hanyu Yuzuru, atlet skating indah Jepang yang dijuluki sebagai “putra es” berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing dengan target menantang batas stamina manusia, yaitu lompatan Axel (4A), gerakan yang belum pernah berhasil diselesaikan oleh siapa pun dalam sejarah. Sejak bulan Januari hingga April tahun 2021, Hanyu sudah pernah mencoba gerakan tersebut sebanyak lebih dari 1.000 kali.

Setelah gagal menyelesaikan tantangannya dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing, Hanyu dengan sedih mengatakan, “ini merupakan sebuah peluang yang paling dekat dengan 4A, meski gagal saya masih tidak rela”.

Atlet skating cepat lintasan pendek putri Tiongkok Fan Kexing sudah bergabung dalam tim nasional Tiongkok selama 12 tahun, dan 3 kali berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin. Di depan Olimpiade Musim Dingin Beijing, dia telah bekerja sama dengan rekan-rekan timnya, dan berhasil meraih 1 medali emas dan 1 medali perunggu.

Meskipun medali emas sangat berharga, tapi tidak dapat mencakup semua konotasi yang dapat melampaui diri sendiri. Dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing kali ini, atlet senior Jerman Claudia Pechstein yang sudah berusia 49 tahun adalah atlet putri dengan umur tertua dalam sejarah Olimpiade Musim Dingin. Meskipun prestasinya menduduki peringkat terakhir dalam pertandingan, tapi dia tetap gembira, “prestasi sudah tidak berarti bagi saya, yang terpenting adalah partisipasi saya dan menyelesaikan pertandingan”.

Tidak hanya para atlet terkemuka Olimpiade Musim Dingin, para atlet yang masih asing bagi kita juga patut menjadi perhatian, karena mereka mempunyai keyakinan yang sama dengan para juara. Sebagai atlet satu-satunya dalam kontingen Filipina, Asa Miller telah berpartisipasi dalam pertandingan nomor ski Super G putra. Bangsa yang tak pernah menyaksikan hujan salju pun mempunyai impian es dan salju, perjalanan atlet asal negara-negara tropis sangat sulit, tapi mereka tidak pernah menyerah, karena kekuatan keyakinan telah memberikan dukungan kepada mereka dan mereka telah memperlihatkan penampilan yang luar biasa dalam pertandingan Olimpiade Musim Dingin Beijing.