Perundingan putaran kedua Rusia-Ukraina telah berakhir setelah mengalami penundaan, kehilangan kontak wakil Ukraina dan perubahan tempat negosiasi. Seusai perundingan, Ukraina menyatakan kecewa karena gagal mencapai hasil yang diharapkannya. Rusia mengatakan, negosiasi harus memprioritaskan “demiliterisasi” Ukraina dan statusnya yang netral, dan bagaimana pun pihaknya akan menyelesaikan aksi militer khusus di Ukraina. Presiden Belarus Lukashenko mengakui terdapat kekuatan luar biasa yang nekat mensabotase perundingan putaran kedua Rusia-Ukraina.
Kesulitan Ukraina Bergabung dalam Uni Eropa
Di sela-sela perundingan putaran pertama dan kedua, Ukraina tidak lagi mengeluh kepada NATO, malah mengalihkan sorotannya kepada Uni Eropa. Antusiasi Ukraina terhadap Uni Eropa dipicu satu kalimat Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang pada 27 Februari lalu mengatakan dengan penuh emosi, bahwa Ukraina adalah salah satu anggotanya, dan pihaknya berharap Ukraina bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Al hasilnya, Presiden Ukraina Zelensky langsung melayangkan permohonannya.
Hanya setelah permohonan itu diserahkan, Ursula von der Leyen mengajukan satu syarat yang harus dipenuhi oleh Ukraina, yakni Ukraina harus terlebih dulu mengakhiri perang sebelum berkonsultasi tentang bergabungnya dalam Uni Eropa.
Ringan di lidah, berat dalam timbangan.
Pertama, harus memenuhi prosedur seperlunya.
Lamban, itulah salah satu ciri khas dalam proses penggabungan dengan UE.
Kedua, syarat-syarat aksesnya sangat banyak.
Jika ingin menjadi anggota UE, maka harus sesuai dengan “Standar Kopenhagen”, yang mencakup kondisi dari berbagai aspek, dari geografi, politik, ekonomi hingga legislasi.
Kenapa Ukraina Berubah Haluannya dari NATO ke UE
Sebelumnya AS telah memberikan Ukraina ilusi betapa baiknya “keamanan NATO”, namun sekarang ilusi itu sudah sirna dan pupus. Dilihat dari kondisi saat ini, bagaimana pun memohon kepada NATO, jawabannya hanyalah “mutlak tidak akan mengirim tentara” ke Ukraina. Setelah UE memberikan respons yang positif, Ukraina segera membalasnya dengan sikap yang patuh, bagaimana pun dukungan politik maupun ekonomi dari UE adalah sangat penting bagi Ukraina yang kini menghadapi tekanan amat besar dari Rusia.
Menurut kelaziman, krisis Ukraina sama halnya dengan krisis Eropa. Akan tetapi, kali ini Eropa membuat dua perubahan, yaitu pertama, Jerman yang berpengaruh penting di Eropa meningkatkan belanja militer. Kedua, UE melepaskan tradisinya yang tidak menyediakan senjata untuk pihak yang berperang dan telah menyediakan senjata pamungkas senilai 450 juta euro kepada Ukraina.
Hal ini berarti bahwa negara-negara Eropa akan meningkatkan hak suaranya dalam urusan keamanan Eropa. Sebelumnya NATO adalah tumpuan harapannya dalam bidang keamanan.
Pengaruh Situasi Rusia-Ukraina
Dampak dari situasi Rusia-Ukraina telah memperluas hingga rakyat jelata. Barat mulai mengenakan sanksi terhadap masyarakat Rusia.
Karena sanksi, operator proyek Nord Stream-2 dikabarkan pernah memohon bangkrupt. Jika pipa gas alam itu dibiarkan terlantar, maka Jerman mau tak mau akan membeli lebih banyak batu bara. Pada hal Jerman sebelumnya berencana sepenuhnya membatalkan penggunaan batu bara dalam puluhan tahun kemudian, sekarang rencana itu mau tak mau harus ditangguhkan.
Sama dengan Jerman, banyak negara Eropa lainnya memandang penting pembangunan hijau. Tahun lalu di Inggris digelar konferensi perubahan iklim global. Banyak negara Eropa sangat ambisius dalam hal pengurangan emisi karbon. Sekarang tersandang masalah energi akibat sanksi terhadap Rusia, maka Inggris terpaksa mengaktifkan sebuah PLTU batu bara yang sebelumnya sudah ditutup.
Kegoncangan tengah semakin memperburuk situasi.
Ukraina adalah negara pengekspor terbesar kedua pangan di dunia, sedangkan Rusia adalah negara penghasil aneka logam untuk industri manufaktur. Rusia dan Ukraina juga adalah sumber utama sejumlah gas kimia yang diperlukan untuk produksi semikonduktor.
Presiden AS Joe Biden dalam pidato amanatnya pada 1 Maret lalu sekali lagi melukiskan peranan AS dalam situasi Ukraina kali ini sebagai upaya “solidaritas” dunia.
Selepas menyatakan hal itu, AS langsung menyerahkan ratusan peluru kendali anti serangan udara Stinger kepada Ukraina.