Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dalam Laporan Kinerja Pemerintah kepada Sidang ke-5 KRN ke-13 secara khusus menyinggung Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang telah membentuk kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia. Ia mengatakan, pemerintah mendukung perusahaan untuk memanfaatkan tarif preferensial dan Ketentuan Asal Barang Kumulasi (the cumulation provisions of the rules of origin) RCEP dengan baik, demi memperluas perdagangan dan kerja sama investasi. Anggota MPPR yang juga adalah ekonom terkemuka Yang Chengzhang mengatakan, sejak diberlakukan pada 1 Januari 2022, RCEP telah berperan signifikan dalam mendorong perkembangan sektor industri terkait.
RCEP mencakup 10 negara anggota ASEAN beserta Tiongkok, Jepang, Korsel, Australia dan Selandia Baru dengan total 15 negara Asia dan Pasifik.
“Sejak diberlakukan, RCEP telah berperan signifikan dalam mendorong industri furnitur, tekstil dan mainan yang menjadi keunggulan industri Asia Tenggara. Selain itu, RCEP juga memainkan peranan penting dalam pendistribusian ulang rantai industri di sejumlah negara termasuk Vietnam dan Tiongkok.”
Merujuk statistik Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok, pada dua bulan awal tahun ini, nilai ekspor dan impor Tiongkok dengan para mitra perdagangan RCEP sebesar 1,85 triliun Yuan, meningkat 9,5 persen, atau secara terinci, volume perdagangannya dengan ASEAN sebesar 870,4 miliar Yuan, meningkat 10,5 persen. Yang Chengzhang menunjukkan, perdagangan antara Tiongkok dan ASEAN pada beberapa tahun ini terus meningkat, terutama sejak pemberlakuan RCEP yang telah memperkuat efek komplementer rantai industri kedua belah pihak.
Saat ini, Tiongkok tengah melaksanakan strategi peningkatan kawasan perdagangan bebas, dengan aktif mendorong eskalasi kesepakatan kawasan perdagangan bebas Tiongkok-ASEAN versi 3.0. Yang Chengzhang berpendapat, hubungan antara Tiongkok dan ASEAN akan diperkokoh melalui implementasi RCEP.
“Dahulu Tiongkok mengutamakan perdagangan barang dan jasa. Pada dua tahun terakhir ini, Tiongkok telah memiliki ruang kerja sama yang lebih luas di bidang perdagangan digital dan perdagangan teknologi, sehingga pola perdagangan secara keseluruhan terus mengalami eskalasi. Dalam beberapa tahun ini, Tiongkok telah mengajukan rencana keterbukaan sistematis untuk memperdalam kerja sama dengan negara-negara tetangga, dan hal itu akan memainkan peranan yang amat penting dalam peningkatan perdagangan, investasi dan integrasi moneter antara kedua belah pihak.”