Kemenlu Tiongkok: Tiongkok Berupaya Dorong Ketegangan Situasi Rusia-Ukraina Segera Mereda

2022-03-16 14:50:49  


 Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian di depan jumpa pers rutin hari Selasa kemarin (15/3) menekankan bahwa Tiongkok berupaya mendorong perundingan perdamaian agar ketegangan situasi Rusia-Ukraina segera mereda, dengan tegas menentang tindakan yang mendistorsi dan mencoreng pendirian Tiongkok.

Anggota Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, selaku Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri PKT Yang Jiechi mengadakan pertemuan dengan Penasehat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di Roma, Italia pada tanggal 14 Maret yang lalu. Sebuah media melaporkan, Sullivan menyebutkan keprihatinannya atas dukungan Tiongkok kepada Rusia. Ketika menjawab pertanyaan terkait, Zhao Lijian memperkenalkan, Yang Jiechi menunjukkan bahwa Tiongkok tidak ingin melihat situasi Ukraina berkembang hingga seperti situasi saat ini, hendaknya menelusuri asal usul sejarah masalah Ukraina dan menanggapi keprihatinan rasional berbagai pihak.

Zhao Lijian menekankan, dalam masalah Ukraina, Tiongkok senantiasa berpendirian menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah berbagai negara, menaati asas tujuan dan prinsip Piagam PBB. Tiongkok berupaya mendesak perundingan perdamaian, masyarakat internasional hendaknya bersama-sama mendukung perundingan perdamaian Rusia-Ukraina agar segera mencapai hasil yang nyata, dan mendorong ketegangan situasi segera mereda. Berbagai pihak hendaknya semaksimal mungkin menahan diri, melindungi rakyat jelata, dan mencegah terjadinya krisis kemanusiaan skala besar. Tiongkok sudah mengirim bantuan kemanusiaan darurat kepada Ukraina dan akan terus memberikan kontribusinya untuk itu. Tiongkok dengan tegas menentang tindakan dan perkataan yang menyebarkan kabar palsu serta mendistorsi dan mencoreng pendirian Tiongkok.

Terkait informasi palsu yang diungkapkan AS yang menyebut bahwa Tiongkok berencana mengirimkan bantuan militer dan ekonominya kepada Rusia, Zhang Lijian mengatakan, perkataan tersebut sudah dibantah oleh Sekretaris Pers Presiden Rusia Dmitry Peskov pada hari Senin (14/3) lalu. Tindakan AS yang berkali-kali membuat dan menyebarkan informasi palsu tersebut tidak profesional, tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab.