AS Harus Laksanakan Komitmen Pemimpinnya Sendiri

2022-03-16 14:43:33  

Pertemuan Tingkat Tinggi Tiongkok-AS digelar di Roma, Italia pada hari Senin (14/3) lalu. Anggota Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, selaku Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT, Yang Jechi dan Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan mengadakan konsultasi yang terus terang, mendalam dan konstruktif mengenai hubungan Tiongkok-AS serta masalah yang menjadi perhatian internasional, kedua pihak setuju untuk bersama-sama melaksanakan kesepahaman yang dicapai kedua pemimpin negara, berupaya menciptakan kondisi untuk mendorong hubungan Tiongkok-AS kembali ke rel tepat perkembangan yang sehat dan stabil.



Inilah pertama kalinya lapisan tinggi Tiongkok-AS mengadakan pertukaran secara langsung setelah pertemuan virtual pemimpin Tiongkok-AS pada November 2021, melaksanakan kesepahaman kedua pemimpin negara merupakan tugas terpenting dalam hubungan Tiongkok-AS.

Selama 4 bulan belakangan ini, Tiongkok senantiasa berupaya melaksanakan kesepahaman kedua pemimpin negara, tetapi komitmen AS seperti masih melayang-layang di langit. Dari mengumumkan penjualan senjata kepada Taiwan dan mengirim pejabatnya berkeliaran di Taiwan, sampai publikasi strategi Indo-Pasifik tipe barunya untuk mengepung Tiongkok, apa yang dilakukan AS berbalikan dengan komitmennya, telah memberikan halangan bagi pemulihan hubungan Tiongkok-AS ke rel yang tepat.

Yang perlu ditunjukkan ialah, prinsip Satu Tiongkok adalah dasar politik Tiongkok-AS. Meskipun pemerintah Biden berkali-kali berkomitmen untuk berpegang teguh pada kebijakan Satu Tiongkok dan tidak mendukung “Taiwan Merdeka”, tapi ia telah berulang kali membatalkan janjinya, dengan serius merusak perdamaian Teluk Taiwan. Pada bulan yang lalu, berdasarkan Undang-Undang Anti Sanksi Asing, Tiongkok memutuskan untuk memberikan tindakan balasan terhadap dua perusahaan militer AS yang menjual senjata kepada Taiwan dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan, Tiongkok tidak akan ragu-ragu dan pasti akan bertindak untuk melindungi kedaulatan negara dan kepentingan keamanannya! AS harus menyadari sensitivitas masalah Taiwan, menghentikan niatnya untuk “membendung Tiongkok dengan memainkan kartu Taiwan”, kembali ke arti asli prinsip Satu Tiongkok, jika tidak akan merugikan dirinya sendiri.


Sebagai hubungan bilateral yang terpenting di dunia, pentingnya hubungan Tiongkok-AS sudah melampaui lingkup hubungan bilateral, dan memiliki kewajiban khusus untuk memelihara perdamaian dan kestabilan dunia. Dewasa ini, situasi Ukraina menjadi masalah yang paling diperhatikan dunia, kali ini, lapisan tinggi Tiongkok-AS pun melakukan pertukaran mengenai isu ini. Tiongkok sekali lagi menekankan, hendaknya menelusuri asal usul sejarah masalah Ukraina dan menanggapi keprihatinan rasional berbagai pihak. Tiongkok berupaya mendesak perundingan perdamaian, masyarakat internasional hendaknya bersama-sama mendukung perundingan perdamaian Rusia-Ukraina agar dapat segera mencapai hasil nyata dan mendorong ketegangan situasi segera mereda.

Sebagai biang kerok krisis Ukraina, pihak AS harus menerima usulan tersebut serta melakukan tindakan yang nyata untuk penyelesaian krisis Ukraina secara politik, bukannya bertindak sebaliknya bahkan menyebarkan rumor palsu, mendistorsi dan mencoreng pendirian Tiongkok, ini bukanlah citra sebuah negara besar yang sewajarnya.

Yang patut disinggung adalah, pertemuan puncak Tiongkok-AS di Roma kali ini bertepatan dengan genap 50 tahun dikeluarkannya “Komunike Shanghai” dan kunjungan Nixon ke Tiongkok. Sejarah membuktikan, asalkan dapat mempertahankan sikap saling menghormati, mengesampingkan perselisihan, bekerja sama dan menang bersama, dua negara besar yang memiliki banyak perselisihan ideologi, sistem sosial, sejarah maupun budaya pun dapat hidup berdampingan secara damai.