Mengapa AS Yang Sudah Bersalah Kini Bersalah Lagi

2022-03-19 15:01:44  

Pada tanggal 17 Maret waktu setempat,  interaksi antara Ketua Majelis Perwakilan AS Nancy Pelosi dan wartawan  berbau mesiu. Berkisar pada dihapuskannya rencana bantuan Covid-19, wartawan bertanya tiga kali sehingga Pelosi marah. Hal ini sekali lagi memperlihatkan kepada dunia, di negara adikuasa satu-satunya di dunia, bagaimana kepentingan politik diprioritaskan dari pada nyawa massa rakyat, bagaimana politikus AS yang selalu menyebut HAM di atas bibirnya mengabaikan dan menginjak-injak hak kelangsungan hidup rakyat biasa.

Meninjau kembali perjalanan penanggulangan wabah AS selama dua tahun ini, selalu ada pembajakan politik. Padahalnya, dari apakah memaksa vaksinasi sampai distribusi dana penanggulangan wabah, hampir setiap kebijakan yang berhubungan dengan penanggulangan wabah selalu disertai pertarungan politik. Justru beberapa hari ini, mahkamah agung federal AS memutuskan bahwa perintah vaksinasi paksa tidak boleh diberlakukan sehingga kebijakan Gedung Putih terkandas. Di bawah penanggulangan wabah dengan politik ini, penyakit kronis yang ada di maysarakat AS menjadi semakin gawat. Kini, data pandemi Covid-19 masih amat tinggi di AS, namun komunitas AS sudah mati rasa. Analis berpendapat, sebagian sebabnya ialah tingkat kematian keturunan Afrika, Spanyol dan pribumi jauh lebih tinggi daripada orang berkulit putih, sedangkan kelompok tersebut belum mendapat perhatian besar dari masyarakat. Dari ini dapat dilihat bahwa diskriminasi ras sudah berakar di AS.

Di bawah pandemi, rakyat biasa di AS kehilangan ras keperolehan, rasa bahagia dan rasa aman. Inflasi terus naik,dan kesenjangan antara kaya dan miskin semakin parah. Di satu sisi rakyat di lapisan bawah cemas akan makanan, di sisi lain orang yang super kaya menikmati harta mereka  yang berlipat. Kegagalan penanggulangan wabah AS dengan jelas menunjukkan bahwa AS mengabaikan HA dan ini mengundang kekhawatiran dunia.

Di sidang Dewan HAM PBB ke-49 yang sedang diadakan di Jeneva, Swis, para wakil berbagai negara  menyatakan keprihatinan penuh terhadap situasi HAM AS antara lain kekerasan polisi dan pelanggaran hak anak-anak dan sebagainya. Wakil tetap Tiongkok untuk PBB di Jeneva, Duta Besar Chen Xv menunjukkan, kehidupan bahagia rakyat adalah HAM yang terbesar.Politikus AS hendaknya dengan baik-baik membandingkan prilakunya dengan kelimat ini. Politikus AS yang egois, mabok dalam pertarungan antar parpol dan mengabaikan HAM massa rakyat sedang membiarkan AS bersalah dan bersalah lagi di jalan kegagalan penanggulangan wabah.