Wang Yi: Tiongkok Miliki Perhatian Rasional dan Pendirian yang Sama dengan Negara-negara Berkembang

2022-03-21 14:38:14  



Anggota Dewan Negara merangkap Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra di Tunxi, Anhui, Tiongkok pada hari Minggu kemarin(20/3). Seusai pertemuan, kedua pihak menggelar jumpa pers.

Ada wartawan yang mengatakan, saat ini, konflik Rusia-Ukraina terus berlangsung, sedangkan AS dan Eropa meningkatkan sanksi ekstrem kepada Rusia. Akan tetapi, Tiongkok dan negara-negara berkembang mempunyai pendiriannya sendiri, saat ini sepertinya terdapat sebuah ‘zona perantara’ yang luas.

Mengenai hal tersebut Wang Yi menyatakan, belakangan ini, dirinya telah bertukar pendapat dengan banyak menteri luar negeri negara-negara Asia dan Afrika, kebanyakan negara di dunia termasuk Tiongkok mempunyai pendirian yang sama, dan sangat memperhatikan perkembangan krisis Ukraina.

Pertama-tama, Tiongkok berpendapat bahwa pendirian dan prinsip Piagam PBB harus ditaati, perselisihan internasional harus diselesaikan dengan damai, dan pihak-pihak terkait harus segera mewujudkan gencatan senjata. Dirinya menyepakati sebuah pendirian Menlu Lamamra, saat membahas isu Ukraina di PBB, Tiongkok dan Aljazair serta sejumlah negara memberikan suara abstain. Suara abstain juga merupakan semacam sikap yang bertujuan memberikan peluang kepada perdamaian, tidak menyepakati penyelesaian konflik melalui perang dan sanksi, ini adalah sikap yang bertanggung jawab. Sementara itu, Tiongkok juga berpendapat bahwa berkembangnya masalah Ukraina menjadi situasi seperti saat ini bukanlah kebetulan melainkan diakibatkan oleh berbagai faktor, juga merupakan ledakan dari konflik yang telah tertimbun selama bertahun-tahun, sumbernya adalah masalah keamanan Eropa. NATO harus mengintrospeksi kembali tindakan ekspansinya ke timur yang tanpa batas. Dilihat dari jangka panjang, berdasarkan pendirian keamanan tak terpisahkan, atas dasar saling menghormati keprihatinan rasional satu sama lain, serta melalui dialog dan negosiasi, berbagai pihak Eropa harus membangun kerangka keamanan regional yang seimbang, efektif dan berkelanjutan.

Wang Yi menekankan, perubahan krisis Ukraina sedang melampaui Ukraina sendiri, dampaknya telah meluas ke seluruh dunia. Dalam masalah ini, negara-negara berkembang termasuk Tiongkok mempunyai keprihatinan rasional dan pendirian yang mirip.

Pertama, khalayak umum berpendapat, saat menangani isu panas internasional dan regional, pilihannya bukan hanya perang dan sanksi. Dialog dan negosiasi adalah solusi dasarnya, dalam situasi saat ini, harus mempertahankan arah ini.

Kedua, tren rehabilitasi ekonomi dunia tidak seharusnya dirusak. Terdampak oleh wabah virus Corona, sanksi sepihak yang terus ditingkatkan akan mengakibatkan terputusnya rantai produksi dan pasokan di seluruh dunia, juga mengakibatkan terpengaruhnya kehidupan rakyat berbagai negara, rakyat berbagai negara tidak seharusnya membayar konflik regional dan perjuangan antar negara besar.

Ketiga, setiap negara berhak untuk mengambil kebijakan luar negerinya secara mandiri, tidak seharusnya dipaksa untuk berpihak. Saat menangani masalah yang rumit atau menghadapi pandangan yang berbeda, tidak seharusnya mengambil pendekatan sederhana ‘bermusuhan atau berteman, hitam atau putih’, terutama harus memboikot pikiran perang dingin dan menentang konfrontasi kelompok.

Keempat, kedaulatan negara dan keutuhan wilayah tiap negara harus dihormati. Prinsip tersebut berlaku untuk semua negara dan daerah, tidak terdapat perkecualian, terlebih tidak boleh melakukan standar ganda.