Jika AS Benar-benar Peduli pada Rakyat Ukraina, Hendaknya Berikan Perdamaian Bukannya Senjata

2022-03-22 10:34:44  

“Kami menentang kabar palsu yang memfitnah Tiongkok menyediakan bantuan militer kepada Rusia.” Demikian Duta Besar Tiongkok untuk AS Qin Gang berujar kepada wartawan Columbia Broadcasting System (CBS) AS hari Minggu (20/3) lalu waktu setempat. 

Dunia mencatat bahwa sebelum dan sesudah bentrokan militer Rusia-Ukraina, sejumlah politikus dan media AS terus menyebarluaskan hoaks terkait Tiongkok, termasuk kabar palsu yang menyebut bahwa Tiongkok mungkin memberikan bantuan militer kepada Rusia. Sebenarnya, kabar-kabar palsu itu adalah fitnahan atau ‘air kotor’ yang disemprot oleh AS. Sejumlah negara Barat juga ikut-ikutan memfitnah Tiongkok. Ada pejabat AS yang bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada perusahaan Tiongkok.

Modus “berbohong seenaknya” ala hegemoni AS tersebut sudah tidak asing lagi bagi dunia. Pada 19 tahun yang lalu, AS melancarkan perang agresi terhadap Irak dengan mengelabui dunia bahwa bukti Irak memiliki senjata pemusnah massal sudah ditemukan, padahal buktinya hanya sebotol deterjen. Hal itu masih segar dalam ingatan masyarakat internasional. Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pernah dengan sombongnya mengakui bahwa pihaknya terbiasa “menipu, berbohong dan mencuri”. Kata-kata Pompeo itu ibarat penjelasan terbaiknya dari pemalsuan ala AS. Penyebarluasan kabar palsu terkait Tiongkok dengan masalah Ukraina kali ini adalah trik lamanya yang berulang kali mereka mainkan, tujuannya adalah untuk mencoreng Tiongkok dan mengadudomba hubungan Tiongkok dan Rusia, serta mengalihkan perhatian dunia.

Sejak krisis Ukraina meletus, Tiongkok selalu berupaya mendorong perundingan dan perdamaian, dan telah mengajukan 6 butir usulan tentang pencegahan krisis kemanusiaan di Ukraina. Hingga saat ini, Tiongkok telah mengirim banyak bantuan kemanusiaan kepada Ukraina, termasuk bahan makanan, obat-obatan, kantong tidur, susu bubuk untuk bayi dan sebagainya, tapi tidak akan mengirimkan senjata kepada pihak mana pun. Tiongkok menyatakan akan terus mengirim bantuan kemanusiaan kepada Ukraina seiring dengan perkembangan situasi dan kebutuhan riil mereka.


Berbeda dengan Tiongkok, AS dan negara-negara Barat lainnya melancarkan sanksi menyeluruh terhadap Rusia setelah krisis Ukraina meletus, di samping itu, mereka juga terus menyediakan bantuan militer dalam jumlah besar kepada Ukraina, justru memanaskan situasi. Berdasarkan memorandum yang ditandatangani Presiden AS pada tanggal 16 Maret lalu, Departemen Pertahanan AS telah menambahkan bantuan senjata, termasuk senjata ofensif senilai 800 juta dolar AS kepada Ukraina.

Di satu sisi, ada negara yang berusaha mendorong perdamaian dan memberikan bantuan kemanusiaan, di sisi lain ada juga negara yang terus meningkatkan bantuan militer dan sanksi sepihak. Antara Tiongkok dan AS, sudah jelas siapa yang tengah menjaga perdamaian dan siapa yang memprovokasi konfrontasi. Terkait hal tersebut, komunitas internasional sudah memiliki jawaban tepat.