Politikus AS Masih Nekat Main Tipu Muslihatnya ‘Maling Berteriak Maling’

2022-04-04 14:30:21  


Politikus AS dan media Barat sekali lagi memainkan “pertunjukan duel”. Harian The Times Inggris hari Jumat lalu (01/04) dengan mengutip sumber intelijen AS melaporkan, Tiongkok meluncurkan serangan siber skala besar terhadap sasaran militer dan fasilitas nuklir Ukraina sebelum Rusia melakukan aksi militer spesial di Ukraina. The Times juga menyebut bahwa tuduhan ini datang dari Biro Keamanan Nasional Ukraina.


Kebohongan laporan The Times tersebut benar-benar keterlaluan! Biro Keamanan Nasional Ukraina segera membantah rumor itu di berbagai macam medsos, dan mengklarifikasi tidak pernah menyediakan kabar tersebut kepada media manapun, dan tidak menguasai data tersebut, pihaknya juga tidak pernah melakukan penyelidikan terkait, apa yang disebut “penemuan” The Times sama sekali tiada hubungan dengan Biro Keamanan Nasional Ukraina. Sikap Ukraina tersebut dengan sepenuhnya membantah politikus AS dan media Barat yang berkoperasi dengan pertunjukannya. Ketika retweet laporan tersebut di medsos, Mantan Analis Intelijen Senior Microsoft Kiven Beaumont menilai laporan ini adalah “cerita palsu yang menyeluruh”.

Faktanya, ketika menyinggung serangan siber, AS adalah imperium peretas yang sejati, sedangkan Tiongkok adalah korban serangan siber. Menurut pemeriksaan Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Jaringan Komputer Tiongkok, melalui menyerangi dan mengontrol komputer di dalam wilayah Tiongkok, organisasi luar negeri melakukan serangan siber terhadap Rusia, Ukraina dan Belarus sejak akhir bulan Februari lalu. Menurut analisa, kebanyakan alamat serangan siber tersebut datang dari AS. Mantan pejabat tinggi AS baru-baru ini juga secara publik mengumumkan melakukan serangan siber terhadap Rusia. Maka apa hubungannya antara kedua hal? Belakangan ini dua perusahaan keamanan siber Tiongkok juga menemukan bahwa nomor akun dan kata sandi, dokumen kantor, dokumen pribadi, email serta QQ dan aplikasi sosial lain warga Tiongkok semuanya menjadi sasaran serangan siber Departemen Keamanan Nasional AS.

Faktanya sudah jelas, yakni laporan yang disebut Tiongkok meluncurkan serangan siber kepada Ukraina hanyalah cara terbaru AS dan Barat untuk menimpakan kesalahannya kepada Tiongkok dengan krisis Ukraina, sama sekali adalah fitnahan. Yang perlu diperhatikan ialah, sebelum terletusnya konflik Rusia-Ukraina, segelintir politikus AS dan media berulang kali bekerja sama untuk menyebarluaskan berita palsu mengenai Tiongkok. Dari memfitnah Tiongkok “sudah mengetahui rencana militer Rusia lebih awal”, sampai “Tiongkok akan menyediakan bantuan militer dan ekonomi kepada Rusia”, terungkaplah betapa hebatnya kemampuan politikus AS dalam memutarbalikkan fakta dan melakukan pemfitnahan. Seperti apa yang dianalisa, AS dengan sekuat tenaga mencoreng Tiongkok, niatnya ialah merusak citra Tiongkok, mengasingkan hubungan Tiongkok-Rusia, mentransfer konflik ke luar negeri, demi memperoleh lebih banyak kepentingan geopolitik dari kekacauan dunia.

Tiongkok bukan peserta langsung krisis Ukraina, dan senantiasa mendorong dilaksanakannya perundingan perdamaian dan menyediakan pertolongan kemanusiaan. Namun siapa yang paling hendak konflik Rusia-Ukraina diteruskan? Siapa akan menerima manfaat dari konflik yang merugikan kepentingan penduduk sipil? Masyarakat internasional sudah jelas, yakni sebagai biang kerok krisis Ukraina, ASlah yang membutuhkan perang ini untuk memukul Rusia, merusak upaya Eropa untuk mengejar kemandirian strategis. Justru kompleks militer dan industri ASlah yang meraup banyak keuntungan dari krisis kali ini. Justru seperti apa yang disebut mantan anggota Kongres AS Tulsi Gabbard, asal AS berjanji tidak menerima Ukraina bergabung dalam NATO, maka konflik ini dapat dicegah, namun pemerintah AS tidak akan melakukan hal ini.

Maling teriak maling! Sudah sampailah waktunya politikus AS menghentikan pertunjukkan jeleknya di depan seluruh dunia. Makin berteriaknya, makin rendah reputasinya!