Bagaimana AS Mempersenjatakan HAM?

2022-04-15 15:19:42  


Bagi AS, tanggal 12 April adalah hari yang menyedihkan, karena pada pagi hari itu, seorang wanita hamil yang berusia 28 tahun, seorang anak yang berusia 12 tahun dan 20 lebih penumpang dalam stasiun MRT Brooklyn New York mengalami serangan penembakan mendadak. Darah dan teriakan terlihat dan terdengar di mana-mana.

Sementara itu, Laporan Tahunan Praktik HAM Tahun 2021 versi AS yang diumumkan Departemen Luar Negeri AS masih mengkritik keadaan HAM hampir 200 negara lainnya seperti sebelumnya. Tentu saja, dalam laporan tersebut, tak ada satu kata pun yang menyinggung keadaan HAM AS.

Tidak mempedulikan penderitaan yang dialami rakyat AS, tapi malah terus “memperhatikan” keadaan HAM negeri lain, perilaku AS yang ironis tersebut mencontoh apa yang disebut dengan “HAM palsu” dan “hegemoni sejati”.

Mengabaikan pemeliharaan dan perbaikan keadaan HAM dalam negeri AS dan mengeluarkan laporan praktik HAM negara lain setiap tahun, perilaku AS ini hanyalah manipulasi politik yang mencampuri urusan dalam negeri lain, membentuk kelompok kecil serta mempertahankan hegemoninya. Dalam mata politikus Washington, HAM hanyalah politik, alat bahkan senjata.

Beberapa tahun ini, dari perang di Irak, Afghanistan dan Suriah, sampai “revolusi warna” yang terjadi di Eropa Timur dan kawasan Balkan, AS menggunakan “senjata HAM” untuk menciptakan banyak krisis kemanusiaan di seluruh dunia.

Kemunafikan serta persenjataan HAM AS telah memicu kemarahan seluruh dunia. Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez menyatakan, untuk memanipulasi dan mengancam negeri-negeri yang melanggar kepentingan Washington, AS selalu menjadikan HAM sebagai alatnya. Menurut laporan The Times of India yang diumumkan hari Rabu (13/04) lalu, mengingat serangkaian masalah dalam negeri AS dan standar ganda yang digunakannya untuk memandang keadaan HAM negeri lain, sikap AS tersebut sangat menjengkelkan.



Mantan Asisten Keamanan Nasional AS, Zbigniew Brzezinski pada tahun 1980-an menyebut bahwa AS dapat kembali menjadikan diri sebagai utusan harapan umat manusia dan tren masa depan dengan menekankan HAM. Namun kenyataan berbalik, AS yang memanipulasi senjata HAM ini sedang merusak harapan umat manusia, menghalangi tren masa depan, bahkan menjadi ancaman sejati bagi seluruh dunia.