Sejumlah Politikus Jepang Masih Bermimpi “Menyambut AS dan Mengkhianati Asia”

2022-05-27 11:31:01  

Pertemuan puncak QUAD yang terdiri dari AS, Jepang, India dan Australia digelar di Tokyo belum lama yang lalu. Pertemuan dipimpin oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida selaku tuan rumah.

Melansir media Jepang, dalam KTT QUAD kali ini telah dibahas langkah-langkah untuk melawan Tiongkok di bidang militer dan pembangunan infrastruktur. Dalam konferensi pers seusai pertemuan, Fumio Kishida mengatakan bahwa UAD menyatakan sangat prihatin terhadap percobaan yang hendak mengubah status quo secara sepihak di kawasan Laut Timur dan Laut Tiongkok Selatan, dan mengumumkan akan menyediakan bantuan infrastruktur serta investasi sebesar 50 miliar dolar AS di kawasan Asia Pasifik dalam waktu lima tahun mendatang.

Jika dianalisa lebih lanjut, ternyata apa yang disebut ‘perlawanan dengan Tiongkok di kedua bidang” tersebut nyaris menjadi tugas yang mustahil diselesaikan.

Pertama, di bidang militer, mekanisme AUKUS AS-Inggris-Australia yang bersifat militer dan bermaksud melancarkan ‘perang dingin baru’ d Asia telah mengundang keraguan dan kritik dari mayoritas negara Asia seperti Indonesia dan Malaysia. Apalagi sifatnya sebagai aliansi militer masih lemah, dan sulit dikembangkan menjadi NATO edisi Asia.

Kedua, di bidang ekonomi, QUAD menggarisbawahi pembangunan infrastruktur untuk melawan inisiatif Sabuk dan Jalan.

Akan tetapi, dilihat dari informasi yang diumumkan oleh Fumio Kishida, investasi sebesar 50 miliar itu bahkan tidak akan mencakupi permintaan India. Menurut data, dari 2013 hingga 2021, investasi langsung di negara-negara peserta inisiatif Sabuk dan Jalan secara akumulatif tercatat 161,3 miliar dolar AS. Selain itu, perusahaan Tiongkok sejak lama terkenal dengan daya saingnya dalam pembangunan infrastruktur. Kehebatan Tiongkok tersebut sulit diimbangi QUAD biarpun ditambah sejumlah negara lain.

Dunia mencatat bahwa Jepang sudah untuk 10 tahun berturut-turut menambah belanja militer, terus membesarkan ancaman eksternal untuk mencari alasan memperluas kekuatan militernya. Baru-baru ini di dalam negeri Jepang bahkan muncul seruan bahaya yang melanggar tiga prinsip bebas nuklir. Berbagai gejala menyatakan bahwa sejumlah kekuatan kanan Jepang tengah bermimpi membebaskan diri dari pengekangan dari pengaturan pasca perang untuk memiliki hak berperang dengan luar negeri serta mengulangi militerisme.

Perdamaian dan pembangunan kawasan Asia Pasifik terwujud dengan tidak mudah. Tiongkok memiliki tekad kuat dan bulat untuk membela kedaulatan dan keamanan serta kepentingan pembangunan negara. Kaum oknum militer dan politikus Jepang yang “memasukkan serigala ke dalam rumah” masih bermimpi mengulangi “perang Jepang-Tiongkok pada 1894-1895”. Kepada mereka yang bermimpi, kami menasehatinya agar segera mawas diri, kalau tidak mereka pasti akan sekali lagi terjebak dalam jurang kekacauan.