Kemenlu Kecam Kembali Pidato Kebijakan AS terhadap Tiongkok

2022-06-01 11:24:08  

Dalam jumpa pers hari Selasa kemarin (31/5) jubir Kemenlu Tiongkok Zhao Lijian mengecam kembali pidato kebijakan yang disampaikan Menlu AS Antony Blinken terhadap Tiongkok, menasihati agar pihak AS dengan sungguh-sungguh dan tepat memandang kekurangannya sendiri di bidang HAM, menghentikan tindakannya yang menggurui dan mengelola negaranya sendiri dengan baik.

Mengenai pidato Blinken yang mencoreng Tiongkok dengan masalah Xinjiang, Xizang (Tibet) dan Hong Kong, Zhao Lijian menunjukkan, “Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam pidatonya terkait kebijakan terhadap Tiongkok memfitnah bahwa di Xinjiang terdapat apa yang disebut sebagai ‘genosida ras’ ,‘kejahatan anti manusia’, dan ‘kamp penahanan’, hal ini sepenuhnya adalah sebuah kebohongan abad, Tiongkok telah berkali-kali membuktikan kebenaran dengan realitas. Sejak Xizang dibebaskan secara damai pada 70 tahun yang lalu, ekonominya makmur, masyarakatnya harmonis, usaha keagamaan dan kebudayaannya berkembang dengan pesat. Sejak Undang-Undang Keamanan Negara Hong Kong diberlakukan, pemandangan indah yang dikatakan oleh politikus tertentu AS telah menjadi sejarah. Rumor dan kebohongan yang disebarluaskan berkali-kali oleh AS telah dihancurkan oleh realitas. Politikus AS yang selalu mengulangi kebohongannya termasuk genosida ras, semakin mengungkapkan hegemoni dan kemunafikannya, semakin merusak nama dan citranya, dan semakin menimbulkan kemarahan rakyat Tiongkok terhadap tindakan AS.”

Zhao Lijian menunjukkan, AS ingin menimpakan kesalahan kepada Tiongkok, tapi ini justru adalah kejahatan dan tindakan buruk yang sulit dibersihkannya. AS hendaknya dengan sungguh-sungguh menghormati kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan Tiongkok, berhenti membuat berbagai macam kebohongan dan rumor yang memfitnah Tiongkok, dan berhenti melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Tiongkok dengan apa yang disebut masalah HAM.

Suku Indian AS mengalami sejarah genosida ras dan kejahatan anti manusia, dan sejauh ini mereka masih tinggal di tanah khusus reservasi. Warga AS keturunan Afrika yang dahulu mengalami ‘kerja paksa’ di kebun kapas, saat ini masih ‘tidak dapat bernafas’. ‘I Have A Dream’ yang disampaikan oleh Martin Luther King masih menjadi impian yang tak dapat terwujudkan. Selain itu, pemerintah AS yang tidak mengambil tindakan dan gagal dalam perlawanan wabah telah mengorbankan jutaan jiwa rakyat, peristiwa-peristiwa tembakan setiap hari rata-rata telah menewaskan 110 jiwa. Peristiwa-peristiwa tembakan tersebut tidak saja menghancurkan apa yang disebut sebagai Impian AS, tapi juga hati rakyat AS. AS yang dengan semau-maunya melancarkan perang mengakibatkan 800 ribu orang di Irak, Suriah, Libya dan Afghanistan tewas, serta membuat 20 juta orang menjadi pengungsi. Dari mana keberanian pejabat-pejabat AS menuding dan mengecam Tiongkok?