Menjelang hari raya Peh Cun tradisional Tiongkok, rakyat Tiongkok merayakan hari raya itu dengan makan bakcang, minum arak realgar, memasang rumput Artemisia argyi, berlomba perahu naga dan membaca pantun, dalam rangka memahami adat istiadat tradisional, serta budaya dan sejarah bangsa Tionghoa.
Presiden Xi menunjukkan, “budaya tradisional unik Tionghoa yang diciptakan dan diwarisi turun-temurun bangsa Tionghoa selama ribuan tahun lalu, merupakan akar dan inti sari bangsa Tionghoa.” Festival Peh Cun juga mempunyai makna budaya yang kaya. Bakcang yang berbagai macam bentuk dan isi, berbagai kegiatan budaya yang menarik, telah memberikan kesempatan bagi sesama bangsa Tionghoa untuk merayakannya bersama. Boleh dikatakan, festival Peh Cun sebagai sebuah jembatan yang menyambung masa lalu dan masa kini, sempat menunjukkan tradisi historis, nilai dan identitas budaya bangsa Tionghoa.
Daya dinamik hari tradisional yang selalu segar tidak hanya berasal dari mitos masyarakat dan kegiatan adat istiadat, lebih-lebih berkat daya terbarukan diri sendiri. Misalnya acara “serial festival Tiongkok” <Pesona Luar Biasa Duanwu>, sempat secara kreatif menciptakan konten visual dan audio di atas dasar menggali makna budaya hari raya tradisional, dan mengilustrasi sejarah, dan disambut baik oleh para pemirsa.