Di Balik Setiap Krisis Pangan Global Ada Bayangan AS

2022-06-07 11:32:42  

Dalam jumpa pers hari Senin kemarin (6/6), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian menyatakan, di balik setiap krisis pangan global terdapat bayangan Amerika Serikat (AS). Dalam keadaan saat ini, masyarakat internasional harus berusaha bersama untuk mendorong perundingan perdamaian, menyediakan lingkungan yang damai dan stabil untuk meredakan krisis pangan. Menambahkan bahan bakar ke dalam api dan memberlakukan sanksi secara sembarangan tidak bermanfaat untuk meredakan situasi regional, hanya akan meningkatkan krisis pangan.

Belakangan ini, Ketua Bergilir Uni Afrika, Presiden Senegal, Macky Sall menyatakan bahwa sanksi pihak Barat terhadap Rusia sudah secara serius mempengaruhi ketahanan pangan Afrika. Program Pangan Dunia (WFP) baru-baru ini juga mengeluarkan peringatan yang menyatakan bahwa umat manusia mungkin akan menghadapi ‘krisis pangan terbesar pasca Perang Dunia II’. Mengenai hal ini, Zhao Lijian menunjukkan bahwa saat ini, pasokan pangan global sedang menghadapi tekanan ekstrem. Konflik Rusia-Ukraina membuat negara ekspor pangan utama dunia Rusia dan Ukraina hampir mundur dari sistem perdangan pangan global, sedangkan sanksi pihak AS dan Barat terhadap Rusia mengakibatkan ekspor pangan dan pupuk Rusia terpengaruh serius dan memperburuk keadaan. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), harga pangan global pada bulan Maret ini sudah naik ke rekor baru dalam sejarah, diperkirakan, sanksi terhadap Rusia akan terus mendorong harga pangan global.

“Sebenarnya, di balik setiap krisis pangan global ada bayangan AS. Beberapa negara seperti AS memanipulasi sistem perdagangan pangan global, membentuk ‘hegemoni pangan’, menguasai harga pangan internasional, serta berulang kali mendapatkan keuntungan yang besar dengan menggembar-gemborkan masalah ketahanan pangan dan membesar-besarkan situasi serius pangan. Di satu sisi, pihak AS mengecam negara lain ‘menimbun pangan’, meminta negara lain ‘membuka gudangnya untuk menjual pangan’, namun pasokan pangannya sendiri tidak berkurang sedikit pun. Di sisi lain, memanfaatkan hal tersebut mendorong harga pangan dan mencari keuntungannya sendiri, tindakan tersebut sama sekali tidak bertanggung-jawab,” ujar Zhao Lijian.