Laporan Tahunan Kebebasan Beragama Internasional 2021 Ungkap Kemunafikan dan Standar Ganda AS

2022-06-07 10:40:09  

Dalam jumpa pers hari Senin kemarin (6/6), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian menyatakan, isi ‘Laporan Kebebasan Beragama Internasional 2021’ terkait Tiongkok yang disebut AS serta kebijakan yang diumumkan Antony Blinken terhadap Tiongkok sama sekali tidak berdasarkan fakta, penuh prasangka ideologis, serta memfitnah kebijakan agama Tiongkok dan mengintervensi urusan dalam negeri Tiongkok. Tiongkok menyatakan kecewa dan menentang hal tersebut. 

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan ‘Laporan Kebebasan Beragama Internasional 2021’ pada tanggal 2 Juni yang lalu. Pihaknya memaparkan apa yang disebutnya dengan ‘kesalahan’ Tiongkok dan menyebut adanya masalah pelanggaran dan pembatasan kebebasan beragama di Xinjiang, Xizang (Tibet) dan Hong Kong. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan pidatonya di depan acara perilisan laporan dan terus memfitnah kebijakan etnis dan agama Tiongkok. 

Menanggapi hal tersebut, Zhao Lijian menyatakan, menghormati dan melindungi kebebasan beragama adalah kebijakan fundamental Partai Komunis Tiongkok dan pemerintah Tiongkok terhadap agama. Di Tiongkok, pemerintah mengelola urusan agama berdasarkan hukum, melindungi kebebasan beragama dan kegiatan normal keagamaan warga negaranya, serta menjamin warga negara yang beragama maupun tidak beragama memiliki hak yang sama di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Semuanya telah dicantumkan dalam konstitusi, telah dilaksanakan dengan ketat dan dijamin sepenuhnya. Sementara itu, Konstitusi menetapkan, siapa pun tidak boleh merugikan ketertiban sosial dengan memanfaatkan agama. Kelompok agama dan urusan agama tidak dikontrol oleh kekuatan negara asing. Tindakan yang memanfaatkan agama untuk mempropaganda pikiran ekstremis, terlibat dalam kegiatan ekstremis serta melakukan infiltrasi dan subversi akan ditindak tegas oleh pemerintah Tiongkok. 

Zhao Lijian menunjukkan, “yang disebut sebagai ‘genosida ras’ di Xinjiang sepenuhnya adalah kebohongan. Tiongkok sudah berkali-kali membantahnya dengan fakta dan data. Tindakan AS yang berulang kali menggembar-gemborkan kebohongan terkait Xinjiang, Xizang (Tibet) dan Hong Kong hanyalah demi mencari alasan untuk memfitnah dan menyerang Tiongkok, serta mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok dan memecah-belahkan Tiongkok ”.

Zhao Lijian menyatakan, sebenarnya kondisi beragama dan kehidupan kaum etnis minoritas di Amerikalah yang justru mengkhawatirkan. Kelompok penduduk asli AS mengalami pelecehan dan diskriminasi, kebudayaan orang Indian mengalami kehancuran, kehidupan, semangat, dan kelangsungan hidup antargenerasi terancam serius. Selain itu, menurut survei yang diumumkan Gallup dan Pew, sekitar 75 persen kaum muslim AS berpendapat adanya diskriminasi serius terhadap kaum muslim dalam masyarakat AS.