AS Adalah Biang Kerok Sejati “Diplomasi Koersif”

2022-06-07 10:35:39  

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian dalam jumpa pers hari Senin kemarin (6/6) sekali lagi mengkritik tuduhan Menlu AS Antony Blinken yang menuding Tiongkok melakukan “diplomasi koersif”. Ia menunjukkan, negara yang melakukan “diplomasi koersif” justru adalah Amerika Serikat, yang merupakan biang kerok  “diplomasi koersif”.

Ketika menjawab pertanyaan wartawan, Zhao Lijian mengatakan, Tiongkok tidak pernah melakukan apa yang disebut pemaksaan, juga menentang negara lain melakukan “diplomasi koersif”. Tiongkok menganut budaya “tenggang hati atau tenggang rasa” yakni tidak memaksa kehendak orang lain dengan hal-hal yang tidak diinginkan dirinya. Salah satu tradisi yang dianut Tiongkok ketika menjalankan diplomatik ialah semua negara, baik kecil maupun besar, selalu diperlakukan secara setara atau sama derajat. Ketika kedaulatan negara dan martabat bangsa dilanggar dan dirugikan, Tiongkok selalu mengambil langkah-langkah yang rasional dan legal untuk membalasnya. Yang dibela Tiongkok adalah kepentingan sah negara, yang dipelihara adalah kesetaraan dan keadilan internasional. Tiongkok tidak pernah mengancam negara lain dengan kekuatan, tidak pernah melakukan persekutuan militer, tidak pernah mengekspor ideologi, tidak pernah membuat perkara di sekitar negara lain, juga tidak pernah mengulurkan tangannya ke rumah orang lain. Tiongkok tidak pernah secara inisiatif menimbulkan perang dagang, tidak menindas perusahaan negara lain, tidak melakukan bullying ataupun yurisdiksi lengan panjang.

Zhao Lijian menunjukkan, pada 1971, seorang sarjana AS bernama Alexander mengajukan konsep “diplomasi koersif” yang koheren dengan kebijakan AS terhadap Laos, Kuba dan Vietnam. Selama bertahun-tahun yang lalu, dari ancaman melalui kekuatan hingga pengenaan isolasi politik, dari sanksi ekonomi hingga blokade teknologi, AS yang egois telah memberikan sebuah contoh tentang apa yang disebut “diplomasi koersif” dengan apa yang dilakukannya di dunia. Di Tiongkok warganet sering berkata, jika mau tahu apa itu “diplomasi korsif”, lihatlah apa yang tengah dilakukan oleh AS.

“AS selalu melakukan hubungan dengan negara lain dengan ‘bertolak dari kekuatan’, yang dapat dipahami sebagai siapa yang kuat, siapalah yang benar. Itulah ‘diplomasi koersif’ yang disebut-sebut AS. Dulu AS  telah dengan tidak segan-segan menindas Huawei Tiongkok, Alstom Perancis dan Toshiba Jepang, kini memaksa TSMC Taiwan dan Samsung Korsel  untuk menyerahkan data rantai pasokan chipnya kepada pemerintah AS, bukankah itu ‘diplomasi koersif’? Tiongkok dan Kepulauan Solomon menandatangani perjanjian kerja sama keamanan dengan berlandaskan pada prinsip saling menghormati, sama derajat dan saling menguntungkan, namun AS segera mendatangi negara-negara Kepulauan Pasifik untuk memberikan tekanan, melarang mereka melakukan kerja sama normal dengan Tiongkok. Bukankah hal itu ‘diplomasi koersif’?” Demikian dikatakan Zhao Lijian dalam jumpa pers kemarin.