Lihatlah Bagaimana Politikus AS Menjelaskan Kebohongannya Terkait Xinjiang

2022-06-08 11:26:49  


 “Xinjiang tidak bermasalah, kami sangat jelas bagi ini, tapi pemanasan masalah kerja paksa, genosida ras dan HAM di Xinjiang adalah salah satu tindakan efektif, dengan tujuannya membuat pemerintah Tiongkok terperosok dalam kesulitan”. Kata-kata mantan diplomat AS untuk Tiongkok tersebut sekali lagi memperbarui pemahaman publik terhadap sejumlah politikus AS yang terbiasa berbohong tanpa batasnya.



Dikabarkan, untuk mendapat dukungan dan kerja sama dari perusahaan-prusahaan AS, mantan penanggung jawab urusan ekonomi dan politik dari Konsulat AS untuk Guangzhou Tiongkok Sheila Carey dan Andrew Chira dalam sebuah pesta koktail tertutup mengungkapkan intriknya untuk memainkan kartu Xinjiang. Para peserta pesta itu secara tidak terbuka mengecamnya sangat gila, karena pembuatan rumor terkait Xinjiang tidak mungkin mendatangkan keuntungan kepada mereka.


Jika hal itu terbukti benar, masyarakat tidak akan merasa di luar dugaan, karena ‘kejujuran AS’ bukan hanya sekali saja. Membuat rumor, memfitnah, berbohong, menyebarluaskan kabar palsu... kegiatan-kegiatan AS terkait masalah Xinjiang sama sekali tidak mempunyai garis batas. Justru pada akhir bulan Mei lalu, AS sekali lagi membuat lelucon politik terhadap kunjungan utusan senior HAM PBB Veronica Michelle Bachelet Jeria ke Tiongkok, Departemen Luar Negeri AS memfitnah kunjungannya terbatas dan dimanipulasi, bahkan media sosial AS menuntut Bachelet meletakkan jabatannya.

Peribahasa Barat berbunyi, jika kamu berbohong, jadi akan membuat seratus kebohongan untuk menutupinya. Maka betapa banyak kebohongan tidak akan menyangkal kenyataan Xinjiang yang sosialnya stabil dan makmur, rakyatnya hidup dan bekerja dengan bahagia.

Menurut data statistik yang diumumkan pemerintah setempat Xinjiang, antara bulan Januari sampai Mei tahun 2022, di kota-kota Xinjiang bertambah 263 lapangan kerja baru, atau setara 57,17 persen dari target 460 ribu lowongan kerja sepanjang tahun. Di latar belakang menurunnya ekonomi dan lonjakan kasus wabah virus corona, prestasi ini sangat sulit tercapai. Rakyat Xinjiang menunjukkan, dirinya mendapat kehidupan yang sejahtera melalui rajin bekerja, ini mana mungkin perlu diaksa? AS yang membuat kebohongan justru bertujuan menindas perkembangan ekonomi Xinjiang dari rantai industri dan rantai pasokan supaya mencegah proses modernisasi sosial dan ekonomi Xinjiang.

Adalah masuk akal jika masyarakat meragukan ‘kepedulian’ AS terhadap kaum Muslim Xinjiang, pada hal ‘perang anti teror’ yang dilancarkan oleh AS telah mengakibatkan banyak korban tewas dan cedera. Memang politikus AS perlu menjelaskan dengan sebaik-baiknya terkait kebohongannya terhadap Xinjiang.