Intip-intip Taiwan, Politikus Jepang Tengah ‘Main Api’

2022-06-09 09:54:36  

Baru-baru ini media Jepang merilis dua berita ‘penting’, yang satu menyebut pemerintah Jepang berencana mengirim pejabat sipil Kementerian Pertahanan untuk ‘bertugas permanen’ di Taiwan Tiongkok pada musim panas tahun ini untuk mengintensifkan pengumpulan informasi Jepang; kedua adalah Kementerian Pertahanan Jepang bakal mendirikan komando tunggal untuk memimpin pasukan bela diri Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Jepang.

Seandainya berita tersebut terbukti benar, maka hal ini akan menjadi sinyal paling bahaya yang pernah disampaikan oleh Jepang dalam isu Taiwan sejauh ini.

Pada 1895, Imperalis Jepang mengagresi dan menduduki Taiwan beserta kepulauan Penghu di sekitarnya. Sejak itu Jepang telah melakukan penjajahan selama setengah abad di sana, dan telah membuat banyak kejahatan dan kebiadaban yang kejam sehingga telah mendatangkan malapetaka kepada rakyat Taiwan.

Pada 1972, Tiongkok dan Jepang merealisasi normalisasi hubungan bilateral, di mana Jepang secara tegas berkomitmen menaati prinsip satu Tiongkok dan akan dengan sebaik-baiknya menangani masalah Taiwan. Ini juga menjadi prasyarat terwujudnya normalisasi hubungan Tiongkok-Jepang. Pada tahun-tahun terakhir, sejumlah politikus Jepang bersekongkol dengan AS dan berulang kali membuat onar terkait Taiwan. Di balik provokasi politikus Jepang itu sudah pasti tersembunyi tipu muslihat yang jahat.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, kekuatan ultra kanan Jepang beserta militerisme yang diwakilinya tidak diberantas secara tuntas gara-gara Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun yang lalu, mereka tak henti-hentinya menggembar-gemborkan ‘ancaman Tiongkok’ dan membesar-besarkan krisis keamanan perifer, dengan maksudnya mencari alasan untuk  menerobos pengekangan Konstitusi Perdamaian serta mengulangi militerisme dan melaksanakan politik kekuatan di Asia.


Kini AS tengah giat melaksanakan strategi Indo-Pasifik untuk  membendung Tiongkok. Hal ini seolah telah sangat menyemangati sejumlah politikus Jepang. Dengan terburu-buru mereka berperan seperti antek AS untuk membendung Tiongkok, berusaha keras bertindak sesuai dengan strategi ‘Asiaisasi’ NATO. Hal ini dilakukannya untuk mengacaukan Asia dan Pasifik agar meratakan jalan bagi militerisme kembali Jepang. Untuk mewujudkan intriknya tersebut, Jepang berusaha keras meramaikan masalah Taiwan dan merangsang ketegangan situasi kawasan.

Dalam sejarah, Jepang selaku agresor telah mendatangkan malapetaka kepada Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya. Kini tren berbahaya kekuatan kanan Jepang sama dengan ‘memasukkan serigala ke dalam rumah’, tujuannya adalah memicu pemecahan dan konfrontasi yang baru di Asia. Hal ini patut menimbulkan kewaspadaan negara-negara di kawasan ini.

Pada 7 Juni lalu, Kepala Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT Yang Jiechi melakukan pembicaraan via telepon dengan Takeo Akiba sebagai Kepala Dinas Keamanan Nasional Jepang. Pada kesempatan itu, Yang Jiechi menunjukkan, masalah Taiwan adalah risiko yang sangat berat yang dihadapi hubungan Tiongkok-Jepang. Masalah itu menyangkut kepentingan inti sari Tiongkok. Apabila para politikus Jepang berani berkolusi dengan AS dan nekat memainkan api, maka hanya satu-satunya konsekuensi yang akan dihadapinya, yaitu siapa yang main api dialah yang akan terbakar hangus.