Terungkaplah Tipu Muslihat Jepang terhadap Tiongkok

2022-06-14 11:22:33  

Dialog Shangri-La ke-19 ditutup di Singapura pada hari Minggu 12 Juni lalu. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyampaikan pidato di depan dialog tersebut, namun isinya dinilai media sengaja mengarahkan mata tombaknya kepada Tiongkok, yakni dengan terang-terangan melakukan perlawanan menyeluruh dengan Tiongkok, baik di bidang ekonomi maupun militer.

Fumio Kishida dalam pidatonya tidak hanya menggaungkan perlawanan terhadap Tiongkok dengan mengutamakan bidang-bidang politik, militer dan ekonomi, tapi juga menghasut negara-negara lainnya di Asia juga berbuat demikian.

Saat ini AS tengah giat mempromosi apa yang disebut ‘strategi Indo-Pasifik’, yang seolah telah memberikan semangat kepada sejumlah politikus Jepang untuk menantang Tiongkok untuk mewujudkan niatnya membebaskan Jepang di bidang militer dan mengusahakan hegemoni di Asia. Akan tetapi, mereka juga mencatat bahwa AS telah kewalahan dalam mencampuri urusan di Asia, dan oleh karena itu, Jepang secara inisiatif maju ke depan untuk berperan sebagai proksi atau antek AS di Asia.

Fumio Kishida dalam pidatonya mengumumkan apa yang disebut rencana perdamaian Indo-Pasifik Jepang, dengan maksud mengancam Tiongkok dari serangkaian bidang dari politik, ekonomi, diplomatik hingga militer dan rantai pasokan. Dia dan Menhan Jepang bersama-sama menggembar-gemborkan bahwa “Ukraina hari ini barang kali adalah masa depan Asia Timur”, menyerang Tiongkok yang “tidak melepaskan opsinya untuk menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan”, maksudnya adalah untuk mencari alasan bagi penambahan belanja militer dan revisi UUD Jepang serta sepak terjangnya untuk melakukan konfrontasi militer di Asia. Dari serangkaian tindakannya dari rencana pengiriman pejabat sipil Kementerian Pertahanan hingga rencana pembentukan komando tunggal AD, AL dan AU yang dinaungi bersama oleh Kementerian Pertahanan Jepang terungkaplah tipu muslihat dan ambisinya yang hendak membendung Tiongkok dengan isu Taiwan dalam upayanya bersekongkol dengan AS.

Menanggapi penghasutan Jepang, Menhan Indonesia Prabowo Subianto dalam pidatonya di Dialog Shangri-La ke-19 menyatakan, Indonesia menghormati semua negara besar, dan tidak akan bergabung dalam blok militer mana pun. Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein juga menegaskan bahwa ASEAN akan secara mandiri menentukan jalannya sendiri. Negara-negara Asia lainnya juga berturut-turut menyatakan sikapnya yang tidak akan berpihak. Dalam sejarah, banyak negara Asia mengalami penindasan dan agresi kaum imperialis Jepang, dan oleh karena itu, mereka sangat sadar akan tipu muslihat sejumlah politikus Jepang.

Harian Asahi Shimbun sebagai salah satu sponsor Dialog Shangri-La dalam sebuah rilisan hasil surveinya menunjukkan, negara-negara ASEAN umumnya memandang Tiongkok sebagai mitra kerja sama yang paling penting di kawasan ini, jauh lebih tinggi daripada Jepang dan AS.

Perkembangan Tiongkok adalah peluang dan bukanlah ancaman, itulah kesepahaman luas mayoritas negara Asia yang mustahil dihasut oleh para politikus Jepang. Sejumlah politikus Jepang yang melupakan sejarah pahit selama Perang Dunia II sudah mengungkapkan intriknya terhadap Tiongkok, namun tipu muslihatnya hanyalah akan menjerumuskan Jepang dalam kancah lain lagi.