Hasil-hasil Kerja Sama BRICS Jauh Lampaui Prediksi, Apa Rahasianya?

2022-06-25 10:04:11  

“Kami mengambil keputusan yang tepat pada titik krusial sejarah. Kami juga mengambil tindakan yang bertanggung jawab. Hal ini sangat penting bagi dunia.” Pada Kamis malam (23/6) lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping memimpin pertemuan puncak ke-14 BRICS dan menyampaikan pidato secara virtual. Dalam pidatonya Xi Jining menyerukan negara-negara BRICS agar bersatu padu, berkohesi, dan maju bersama ke masa depan. “Mekanisme BRICS mempunyai sifat yang sangat penting,” demikian dikatakan Wakil Direktur Pusat Wilson Washington, Michael Kugelman ketika mengomentari fungsi BRICS.

KTT BRICS kali ini adalah sebuah pertemuan penting yang digelar di latar belakang yang sangat kompleks, di mana penyebaran kasus COVID-19 tak kunjung selesai, ekonomi dunia mengalami resesi, krisis Ukraina semakin meningkatkan risiko geopolitik, mentalitas perang dingin serta politik kelompok kembali mencuat... kesemua itu telah membawa terpaan serius terhadap keamanan maupun pembangunan negara-negara BRICS.

Krisis telah mendatangkan kekacauan dan juga menjadi pendorong reformasi dan pembaruan, yang penting ialah bagaimana kita menghadapinya. Sebagai wakil dari negara-negara pasar baru dan negara-negara berkembang, mekanisme BRICS telah berusia 16 tahun, dan sudah memiliki keberanian dan kondisi untuk menghadapi segala tantangan dan kesulitan. Sebut saja ekonomi dan perdagangan. Pada 2021, volume perdagangan antar negara-negara BRICS meningkat 300 persen dari 2006, dan menjadi motor penggerak bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global.

Tiongkok sebagai negara dengan agregat ekonomi terbesar dari BRICS tentunya tidak akan menyia-nyiakan peluangnya untuk memimpin kerja sama BRICS sebagai Ketua BRICS. “Mempertahankan solidaritas dan gotong royong, memelihara perdamaian dan ketenteraman dunia”, “mempertahankan kerja sama, bersama-sama menghadapi risiko dan tantangan” serta “mempertahankan inovasi dan menggairahkan daya hidup” dan “mempertahankan keterbukaan inklusif dan mempersatukan kecerdasan dan kekuatan kolektif”, itulah isi dari empat butir usulan yang diajukan Xi Jinping dalam pertemuan puncak BRICS kali ini. Prakarsa tersebut akan menunjukkan arah bagi kerja sama putaran baru negara-negara BRICS pada masa depan.

Ternyata empat butir usulan tersebut sejalan dengan semangat yang tertuang dalam sambutannya di depan upacara pembukaan Forum Industri dan Bisnis BRICS yang digelar sehari sebelumnya, yakni sama-sama mengutamakan keamanan dan pembangunan sebagai dua misi penting BRICS ke depan. Keempat usulan itu tidak hanya berfokus pada pendorongan kerja sama BRICS, tapi juga telah menyumbangkan solusi BIRCS bagi pendorongan perdamaian dan pembangunan dunia, sehingga telah memberikan “tera Tiongkok” yang baru dalam proses kerja sama BRICS.

Terutama Inisiatif Keamanan Global dan Inisiatif Pembangunan Global yang diprakarsai oleh Xi Jinping telah memenuhi permintaan negara-negara BRICS terhadap kerja sama antara satu sama lain. Deklarasi Beijing yang diluluskan dalam pertemuan kali ini dengan tegas mendukung Rusia menggelar perundingan dengan Ukraina, dan telah menyampaikan suaranya untuk memelihara perdamaian dunia.

“Menerima anggota baru akan meningkatkan dinamika bagi kerja sama BRICS, juga akan meningkatkan representasi dan daya pengaruh negara-negara BRICS.” Itulah jawaban yang diberikan Xi Jinping terkait perluasan keanggotaan BRICS yang disoroti dunia.

Mantan CEO Goldman Sachs, Jim O’Neil adalah orang pertama yang menggunakan istilah BRICS. Pada 2018, Jim O’Neil mengakui bahwa perkembangan mekanisme BRICS jauh melampaui prediksinya. Bagi dirinya, Tiongkok “memainkan peranan pendorong yang sangat penting” bagi perkembangan mekanisme BRICS. KTT BRICS virtual kali ini akan mendorong kerja sama BRICS ke level tinggi, dan berpotensi sekali lagi melampaui prediksi Jim O’Neil. Selain itu, kontribusi atau peran Tiongkok akan membuat BRICS semakin bersemarak, dan menuangkan lebih banyak “kekuatan BRICS’ dalam tata kelola global.