Menciptakan Rumor Tak Akan Bisa Tutupi ‘Kejahatannya Sendiri’

2022-06-28 15:00:12  

Baru-baru ini, pejabat AS kembali menyatakan keprihatinannya terhadap apa yang mereka sebut sebagai ‘kerja paksa’ di Tiongkok. Terkait hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian hari Senin kemarin (27/6) menyatakan, di Tiongkok tidak terdapat kerja paksa, tapi adanya di AS. AS sudah lama selalu mencoba mengekang Tiongkok melalui Xinjiang, terus menggembar-gemborkan kebohongan terkait ‘kerja paksa’ di Xinjiang, dan merekayasa ‘pengangguran paksa’ di Xinjiang. Sebenarnya, kebohongan itu justru bertujuan untuk menutupi kejahatannya sendiri.

   Menurut berita, pada hari Sabtu (25/6) lalu, ketika berbicara tentang KTT G7, seorang petinggi Gedung Putih menyatakan keprihatinannya atas isu ‘kerja paksa’ di Tiongkok. Padahal pada minggu lalu, pemerintah AS baru saja memberlakukan ‘Undang-undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur’.

   Terkait hal itu, jubir Tiongkok menyatakan, kerja paksa adalah penyakit lama yang berkembang melalui perbudakan sejak AS berdiri. Menurut statistik, dari tahun 1525 hingga 1866, lebih dari 1,25 juta orang Afrika diperdagangkan ke Amerika untuk melakukan kerja paksa.