Hakikat di Balik Tragedi ‘Truk Imigran’ di Texas AS

2022-06-30 14:28:11  

Baru-baru ini di Negara Bagian Texas AS terjadi sebuah tragedi ‘truk imigran’, jasad para imigran dalam jumlah besar ditemukan oleh badan penegak hukum AS di dalam sebuah truk trailer yang ditinggalkan di Kota San Antonio, Negara Bagian Texas, jumlah Imigran yang tewas kini bertambah menjadi 51 orang. Ini adalah salah satu insiden kematian imigran terparah di AS selama beberapa tahun ini.

Masyarakat internasional terkejut atas tragedi ini, Kantor Sekjen PBB dalam pernyataannya menyampaikan duka cita yang mendalam atas insiden tersebut. Tragedi serupa bukanlah yang pertama kalinya terjadi di AS. Dengan Kota San Antonio sebagai contoh, pada tahun 2017, 10 imigran tewas dalam sebuah truk karena kepanasan dan kesulitan bernapas. Pada tahun 2003, 19 mayat imigran ditemukan dalam sebuah truk di bagian tenggara kota tersebut karena kepanasan. Konflik antar partai adalah satu salah penyebab utama dalam masalah imigrasi yang sudah lama tak terselesaikan di AS. Pada pemilu paruh waktu yang akan dilaksanakan tahun ini, isu imigrasi akan kembali menjadi kartu permainan dua partai AS. Sebelum terpilih sebagai presiden, Joe Bidden   berkomitmen akan merevisi UU Imigrasi, tapi sampai saat ini masih tidak ada hasilnya karena terhambat oleh pertarungan antar partai.

AS menyatakan akan terus menyelidiki tragedi ‘truk migran’ tersebut. Menurut sumber dari Meksiko, korban tewas adalah warga Meksiko, Guatemala dan Honduras. Di latar belakang AS terus mengintervensi urusan dalam negeri Amerika-Latin, isu imigrasi yang semakin serius adalah buah pahit dari hegemoni ala AS.

Sejak AS meluncurkan Doktrin Monroe  pada tahun 1823, negara-negara Amerika Latin kenyang akan menderita intervensi militer, manipulasi politik, sanksi maupun inflasi ekspor dari AS. Analis berpendapat, kemiskinan ekstrem dan kejahatan kekerasan adalah penyebab utama munculnya imigran Amerika-Latin dalam jumlah besar.

Tragedi ‘truk migran’ Texas membunyikan alarm. Apabila politikus AS benar-benar ‘memperhatikan’ rakyat Amerika Latin, mereka sebaiknya segera melepaskan ‘Doktrin Monroe’ dan hegemoninya, mengambil tindakan nyata untuk melindungi HAM para pengungsi dan imigran, serta mencegah terjadinya tragedi kemanusiaan. Jika tidak, sandiwara ‘pembela HAM’ AS akan benar-benar sulit dipertunjukkan kembali.