‘Jebakan Utang Tiongkok’ di Negara-negara Afrika Adalah ‘Jebakan Kata’ dari Barat

2022-07-15 10:21:39  


Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin di depan jumpa pers hari Kamis kemarin (14/7) menunjukkan, apa yang disebut sebagai ‘jebakan utang Tiongkok’ sebenarnya adalah ‘jebakan kata’ yang dibuat oleh kekuatan-kekuatan yang tidak ingin melihat perkembangan kerja sama antara Tiongkok dengan negara-negara berkembang termasuk negara-negara Afrika.

Dikabarkan, dalam laporannya baru-baru ini, sebuah lembaga amal asal Inggris ‘Debt Justice’ berdasarkan data-data dari lembaga Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) berpendapat bahwa jumlah utang yang dipinjam negara-negara Afrika dari lembaga keuangan swasta Barat merupakan tiga kali lipat dari utang kepada Tiongkok, dengan suku bunga 2 kali lipat dari Tiongkok.

“Saya sempat memperhatikan laporan terkait. Berdasarkan data Bank Dunia, dari utang-utang luar negeri 49 negara Afrika dengan total utang sebesar 696 miliar dolar US yang terlacak, sekitar tiga perempatnya dipinjam dari lembaga keuangan multilateral dan swasta (tidak termasuk Tiongkok). Hasil survei yang dilakukan ‘Debt Justice’ terhadap 24 negara Afrika dengan jumlah utang luar negeri terbanyak menunjukkan, pada 7 tahun mendatang, jumlah rata-rata pembayaran utang dari negara-negara tersebut kepada lembaga keuangan swasta dan lembaga keuangan multilateral masing-masing mencapai 32% dan 35%. Tarif suku bunga kredit rata-rata lembaga keuangan swasta Barat hampir mencapai 2 kali lipat dari tarif suku bunga kredit lembaga keuangan Tiongkok.”

Wang Wenbin menyatakan, sama seperti yang ditunjukkan oleh penanggung jawab ‘Debt Justice’ bahwa tujuan Barat memfitnah Tiongkok sebagai penyebab krisis utang Afrika adalah untuk mengalihkan perhatian. Sebenarnya, bank, perusahaan pengelola aset dan pedagang minyak bumi Barat bertanggung jawab besar atas hal tersebut.

“Kami mengimbau negara-negara maju, lembaga keuangan swasta dan lembaga keuangan multilateral mereka untuk mengambil tindakan yang lebih kuat dengan memberikan dukungan dana serta meringankan beban utang negara-negara berkembang, membantu ekonomi dunia mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Wang Wenbin.