90 Juta Jauh Bukan Angka Final dari ‘Tragedi AS’

2022-07-22 13:33:13  

Sembilan puluh juta, merupakan rekor terbaru jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 yang ditembus oleh AS.

Menurut statistik Universitas Johns Hopkins, hingga pukul 06:21 Kamis kemarin (21/7), jumlah kasus terinfeksi Covid-19 di AS tercatat sebanyak 90 juta 13 ribu 400, di antaranya satu juta 25 ribu 600 kasus kematian, dua angkanya masing-masing merupakan yang tertinggi di dunia.

Sembilan puluh juta berarti dalam setiap 3,6 warga AS ada satu orang yang terdiagnosa virus Covid-19, namun kenyataannya mungkin lebih buruk lagi.

Di balik ngka malapetaka yang amat tinggi ini adalah banyak tragedi warga AS. Pada tahun 2022, lebih dari 6 juta anak-anak tertular virus Covid-19, dan lebih dari 250 ribu anak menjadi ‘yatim piatu pandemi’  karena kehilangan orangtuanya akibat pandemi Covid-19. Seiring dengan penyebaran cepat varian baru Omicron BA.5 dan BA.4, saat ini separuh lebih warga AS berada di kawasan berisiko tinggi Covid-19.


Sebagai negara adidaya satu-satunya di dunia, AS juga merupakan ‘negara terbesar yang gagal dalam penanggulangan wabah Covid-19’. Keadaan kontras ini memperlihatkan kegagalan sistem politik dan pemerintahan AS, juga mencerminkan sifat politikus AS yang menempatkan kepentingan politiknya di atas keselamatan jiwa rakyat.

Seiring dengan tibanya pemilihan paruh waktu di AS, pertarungan antara kedua partai pun semakin sengit. Sejumlah problem termasuk inflasi yang tinggi dan kekerasan senjata sedang memusingkan pemerintah AS, sehingga tidak mampu lagi menangani wabah Covid-19 dengan baik.  Akibatnya, wabah Covid-19 masih merajalela tanpa terkendali di negara Paman Sam itu, diyakini, 90 juta jauh bukan angka final dari ‘tragedi AS’, pakar memperkirakan pula bahwa AS mungkin akan menghadapi situasi yang lebih gawat lagi pada beberapa bulan ke depan.

pada pertengahan bulan Mei lalu, saat kasus kematian Covid-19 AS melampaui 1 juta orang, Presiden AS Joseph Biden mengibaratkannya sebagai sebuah ‘momen yang tragis’, mendesak warga AS untuk tidak bersikap mati rasa terhadap tragedi tersebut. Ironisnya, justru para politikus Washingtonlah yang bersikap masa bodoh terhadap wabah Covid-19. Perbuatan mereka membuktikan bahwa dibandingkan dengan kepentingan politiknya, jiwa rakyat tidak berharga sama sekali. Menghadapi nyawa-nyawa yang terus melayang dan keluarga-keluarga hancur yang tak terhitung jumlahnya, papan ‘HAM’ dan ‘Demokrasi’ AS yang selalu mereka junjung itu sudah hancur dari awalnya.