“Bagi kedua belah pihak, kunjungan kali ini saling menguntungkan, sedangkan bagi pembangunan Indonesia, merupakan sebuah peluang yang terbaik,” inilah prediksi Siska Trisia, peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) sebelum keberangkatan Jokowi ke Beijing. Hasil bernas yang dicapai dalam pembicaraan Presiden Xi Jinping dengan Presiden Jokowi telah membuktikan prediksi Trisia tersebut.
Presiden Jokowi adalah pemimpin asing pertama yang mengunjungi Tiongkok pasca Olimpiade Musim Dingin Beijing, Tiongkok juga menjadi negara Asia Timur pertama yang dikunjungi Jokowi kali ini. Hal tersebut sempat menunjukkan eratnya hubungan kedua negara. Mari kita simak bersama hasil pembicaraan kedua pemimpin negara tersebut. Kedua pihak telah menetapkan arah utama pembangunan bersama komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok dan Indonesia, mengeluarkan pernyataan bersama seputar pembicaraan kedua pemimpin negara, melanjutkan pelaksanaan MoU kerja sama Inisiatif ‘Sabuk dan Jalan’ dengan ‘Poros Maritim Dunia’, serta menandatangani serangkaian dokumen kerja sama di bidang-bidang penelitian bersama vaksin dan genetik, pembangunan hijau, pertukaran informasi, pembangunan kemampuan penegakan hukum dan keamanan siber serta maritim. Seperti komentar Kantor Berita Reuters, ini adalah sebuah pertemuan menang bersama.
Penetapan arah utama pembangunan bersama komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok dan Indonesia merupakan hasil politik terpenting yang dicapai dalam kunjungan Presiden Jokowi kali ini. Senasib sepenanggungan yaitu, bahu membahu dan bergotong royong, masa depan kedua bangsa saling berkaitan. Dalam sejarah, Tiongkok dan Indonesia pernah bekerja sama melawan imperialisme dan hegemonisme. Konferensi Asia Afrika yang digelar pada tahun 1955 di Bandung telah membuka masa depan yang cerah bagi berbagai negara Asia Afrika untuk berjuang demi kemerdekaannya masing-masing.
Puluhan tahun telah berlalu, Tiongkok dan Indonesia sedang berada pada tahap pembangunan yang serupa, mempunyai sejumlah kepentingan dan pandangan yang sama, dan juga mempunyai sejumlah pendirian yang sama seputar urusan internasional. Dalam menghadapi situasi perubahan yang belum pernah terjadi dalam seratus tahun ini dan pandemi yang serius, Tiongkok dan Indonesia mendominasi pembangunan bersama komunitas senasib sepenanggungan, memperdalam struktur kerja sama ‘Empat Roda’ politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta kerja sama maritim, kedua negara pasti akan terus meningkatkan kekuatan untuk melawan gejolak dunia, serta membawa peluang pembangunan yang baru bagi kedua negara.
Selama pembicara kali ini, Presiden Xi menekankan perlunya mendorong kerja sama pembangunan bersama ‘Sabuk dan Jalan’ yang bermutu tinggi agar berkembang secara lebih mendalam dan mencapai lebih banyak hasil. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pelaksanaan MoU kerja sama Inisiatif ‘Sabuk dan Jalan’ dan gagasan ‘Poros Maritim Dunia’. Hal tersebut pasti akan lebih lanjut mendorong sinergi akurat antara strategi pembangunan kedua negara, dan telah membuktikan komitmen Tiongkok, “asalkan bermanfaat bagi pendorongan pembangunan Indonesia dan dapat memperdalam kerja sama Tiongkok dan Indonesia, Tiongkok akan aktif berpartisipasi dan berupaya semaksimal mungkin”.
Sebagai negara terbesar di ASEAN, tahun ini Indonesia menjabat sebagai negara ketua bergililr KTT G20, dan di tahun depan akan menjabat sebagai negara ketua bergilir ASEAN. Dari hal tersebut dapat terlihat, mengembangkan hubungan baik antara Tiongkok dan Indonesia tidak hanya sesuai dengan kepentingan bersama jangka panjang kedua negara, tapi juga akan mendatangkan dampak positif berjangka panjang di tingkat regional dan global.
Dilihat dari sisi ekonominya, volume perdagangan bilateral Tiongkok dan Indonesia tahun 2021 sudah menerobos 120 miliar Dolar US, meningkat 58,6% dibandingkan tahun sebelumnya, peningkatannya berada pada peringkat nomor satu di ASEAN. Berdasarkan analisa, pendalaman kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia dapat menjadi panutan bagi kerja sama Tiongkok-ASEAN dan memainkan peranan kepemimpinan yang kuat di regional, memberikan bantuan untuk mendorong RCEP.
Dilihat dari sisi politiknya, Tiongkok dan Indonesia sama-sama menjadi tokoh utama ‘Momen Asia’ dari pembenahan tata kelola global tahun ini, saling mendukung dan meningkatkan kerja sama akan menyumbangkan kekuatan Asia untuk mendorong pembenahan tata kelola global.
Dari ‘cita-cita bersama’ sampai ‘saudara senasib sepenanggungan’, Tiongkok dan Indonesia akan terus menjadi panutan yang saling menguntungkan dan menang bersama bagi negara-negara berkembang besar, menjadi teladan pembangunan bersama, dan menjadi pelopor kerja sama Selatan-Selatan. ‘Peluang terbaik’ yang tercipta selama proses tersebut tidak hanya dimiliki oleh Tiongkok dan Indonesia, tapi juga dimiliki oleh seluruh Asia bahkan seluruh dunia.