AS Berkoar ‘Perdamaian’ Sambil Rusak Perdamaian

2022-08-06 10:15:53  



Ketua DPR AS Nancy Pelosi baru-baru ini berkeliaran ke daerah Taiwan Tiongkok, dan menyebut lawatannya itu untuk “mempromosi perdamaian kawasan ini”. Senada dengan Nancy Pelosi, para menteri luar negeri G7 telah mengeluarkan pernyataan yang memfitnah tindakan balasan sah Tiongkok akan meningkatkan ketegangan situasi regional, dan berkoar ‘harus menyelesaikan perselisihan kedua sisi Selat secara damai”.

Betapa ironisnya, si pelaku krisis menyulap seperti ‘pembela perdamaian’ sembari memutarbalikkan kenyataan dan menuduh si korban dengan fitnahan palsu. Itulah modus maling berteriak maling yang seolah sudah menjadi ‘paten’ sejumlah negara Barat. Mereka bersekongkol untuk membuat kebohongan dan menimpakan tanggung jawab meningkatnya ketegangan situasi di Selat Taiwan kepada pihak Tiongkok, dalam rangka mengelabui masyarakat dan mendistorsi opini umum. Akan tetapi mereka telah salah memahami situasi dan meremehkan keinginan rakyat.

Selama beberapa hari terakhir, seratus lebih negara di dunia telah menyatakan sikapnya untuk mendukung prinsip satu Tiongkok serta mendukung upaya Tiongkok untuk membela kedaulatan dan integritas teritorial. Sekjen PBB menegaskan berpegang teguh pada prinsip satu Tiongkok, mematuhi resolusi nomor 2758 Sidang Majelis Umum PBB tahun 1971 tentang satu Tiongkok. Sarjana ASSourabh Gupta menunjukkan, pernyataan Menlu G7 adalah semacam provokasi. Mereka benar-benar perlu melakukan introspeksi yang mendalam.

Masyarakat internasional menyatakan solidaritas dan dukungan terhadap Tiongkok karena mereka sudah dengan jelas melihat duduk perkara meningkatnya situasi di Selat Taiwan, yaitu kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan direncanakan dan dilakukan sepihak oleh AS, lawatan itu merupakan provokasi politik serius AS terhadap Tiongkok, yang secara serius melanggar kedaulatan dan keutuhan wilayah Tiongkok, secara serius bertentangan dengan hukum internasional dan patokan pokok hubungan internasional. Atas ketegangan situasi di Selat Taiwan, AS yang mengingkari janjinya harus sepenuhnya memikul tanggung jawab.

Sedangkan Tiongkok telah berupaya keras melakukan pendekatan diplomatik demi menghindari krisis yang dipaksakan oleh AS dan juga demi memelihara perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan. Menjelang lawatan Pelosi ke Taiwan, Tiongkok sudah berkali-kali menerangkan keseriusan dan kebahasaan jika Nancy Pelosi bersikeras pergi ke Taiwan, meminta pihak AS menaati prinsip satu Tiongkok serta tiga komunike bersama Tiongkok-AS, dengan khidmat memperingatkan AS tentang segala konsekuensinya yang harus dipikulnya nekat berbuat demikian. Akan tetapi, Nancy Pelosi yang egois tetap bertindak nekat untuk berkeliaran ke Taiwan, sehingga Tiongkok terpaksa melakukan tindakan balasan yang tegas. Jelaslah siapa yang menimbulkan krisis dan siapa pula yang berusaha memelihara perdamaian.

Baru-baru ini pihak militer Tiongkok melakukan serangkaian aksi militer di perairan sekitar Taiwan, sementara itu beberapa badan pemerintah telah mengumumkan tindakan balasannya terhadap AS, tujuannya adalah untuk memberikan efek jera kepada pihak AS dan Taiwan yang saling berkolusi, dalam rangka memelihara kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta untuk memelihara perdamaian dan kestabilan kawasan ini. Hal ini telah mendapat pengertian dan dukungan luas masyarakat internasional.

Nyata sekali, walaupun AS terus menggembar-gembor perdamaian, namun sebenarnya dialah ‘musuh perdamaian’ sejati. Era ketika dunia didominasi sejumlah kecil negara Barat jauh sebelumnya sudah berlalu. Keteguhan hati rakyat Tiongkok untuk membela kedaulatan dan keutuhan wilayahnya tak tergoyahkan; kebulatan hatinya untuk memelihara perdamaian regional dan dunia tak tergoyahkan. AS bakal membayar mahal atas segala tindakannya yang merugikan kepentingan utama Tiongkok serta segala tindakannya yang merusak perdamaian regional.