Menlu Tiongkok Wang Yi Bahas Hasil Serangkaian Pertemuan Menlu Kerja Sama Asia Timur

2022-08-12 16:21:33  


 Baru-baru ini, Anggota Dewan Negara merangkap Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menghadiri serangkaian pertemuan Menteri Luar Negeri Kerja Sama Asia Timur, mengunjungi Kamboja, Bangladesh dan Mongolia, serta mengadakan pertemuan dengan Menlu Korea Selatan dan Nepal di Qingdao, Provinsi Shandong. Pada hari Kamis kemarin, (11/8) Wang Yi sempat menerima wawancara dari media Tiongkok.

 

 1. Pertanyaan: Tahun ini adalah tahun permulaan kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-ASEAN, hasil apa yang telah dicapai dalam pertemuan menlu Tiongkok-ASEAN kali ini, dan usaha apa yang dilakukan Tiongkok untuk mendorong kerja sama Asia Timur?

 

 Wang Yi: Menghadapi berbagai tantangan seperti pandemi Covid-19, tekanan merosotnya ekonomi, mentalitas perang dingin dan konfrontasi antar kubu, para menteri luar negeri Tiongkok dan ASEAN berkumpul di Phnom Penh dan mengeluarkan suara untuk bersama-sama mengusahakan perdamaian, pembangunan dan kestabilan, telah memperlihatkan tekad teguh untuk memelihara kesetaraan dan keadilan internasional, serta melakukan persiapan politik untuk serangkaian pertemuan pemimpin kerja sama Asia Timur yang dijadwalkan diadakan pada tahun ini.

 

Para menlu menilai tinggi permulaan kuat dan arus perkembangan mantap kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-ASEAN. Pada paruh pertama tahun ini, nilai perdagangan Tiongkok-ASEAN melampaui 450 miliar dolar AS, meningkat 11,5 persen dibandingkan masa yang sama tahun lalu. Produk pertanian impor Tiongkok dari ASEAN senilai 21 miliar dolar AS, dampak positif dari jalur KA Tiongkok-Laos semakin nyata, litbang dan produksi vaksin Tiongkok dengan negara-negara ASEAN berkembang dengan mantap. Berbagai pihak berpendapat, kerja sama Tiongkok-ASEAN adalah contoh yang paling sukses dan paling dinamis dalam kerja sama regional Asia Pasifik.

 

Hasil terbesar dari serangkaian pertemuan tersebut adalah pelaksanaan menyeluruh kesepahaman KTT peringatan genap 30 tahun penjalinan hubungan dialog Tiongkok-ASEAN, mencapai rencana aksi kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-ASEAN, dan telah merencanakan fokus dan arah kerja sama tahap selanjutnya. Tiongkok telah merangkum kemajuan yang telah dicapai dalam 36 bidang selama setengah tahun ini, hasil itu diakui dan dinilai tinggi oleh berbagai pihak. Para menlu sepakat untuk terus memperkaya makna kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-ASEAN, dan membentuk komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-ASEAN yang lebih erat.

 

 

Kesepahaman terbesar dalam pertemuan tersebut adalah semua pihak sepakat untuk menjunjung konsep memprioritaskan pembangunan, menikmati bersama peluang pembangunan, menyinergikan strategi pembangunan, dan menciptakan teladan pembangunan. ASEAN mendukung Prakarsa Pembangunan Global, dan bersedia mendorong pelaksanaan prakarsa tersebut di kawasan. Semua pihak sepakat untuk bersama membangun ‘Sabuk dan Jalan’ yang berkualitas tinggi, aktif berpartisipasi dalam pembangunan jalur baru darat dan laut, menjamin kelancaran rantai produksi dan pasokan, menjaga ketahanan pangan dan energi, meningkatkan kerja sama E-commerce dan energi bersih, serta terus membina titik pertumbuhan baru kerja sama.

 

Sorotan terbesar dalam pertemuan tersebut adalah, dokumen pendirian yang dikeluarkan oleh pihak Tiongkok yang secara jelas mendukung kerangka kerja sama regional yang berpusat pada ASEAN, dan disambut umum oleh semua negara ASEAN. Semua pihak berpendapat perlunya mempertahankan regionalisme yang terbuka, mengembangkan multilateralisme sejati, dan menyumbangkan ‘Solusi Asia’ dan ‘Tenaga Asia’. Perlu mewaspadai kekuatan luar yang memprovokasi konfrontasi fraksi, serta menjaga situasi pembanguan damai yang susah payah terwujud.

 

Dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN dengan Tiongkok, Jepang dan Korsel, semua pihak berpendapat bahwa 25 tahun sejak diaktifkan, mekanisme 10+3 telah memainkan peran penting dalam pengintegrasian ekonomi regional, semua pihak sepakat untuk melaksanakan RCEP, dan mendorong kerja sama ekonomi Asia Timur melangkah ke tahap baru. Pihak Tiongkok mengajukan tindakan konkret untuk mendukung Pusat Cadangan Persediaan Medis Darurat 10+3, dan hal tersebut disambut luas oleh negara-negara regional.

 

Dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri KTT Asia Timur dan Forum Kawasan ASEAN, pihak Tiongkok menekankan bahwa dua mekanisme harus mempertahankan tujuan awalnya dan menanggapi harapan negara-negara regional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas serta mendorong keamanan bersama. Tiongkok memprakarsai KTT Asia Timur mengeluarkan Pernyataan Pemimpin mengenai kerja sama energi, dan berharap berbagai pihak dapat bergandengan tangan mengatasi tantangan energi. Pertemuan Menteri Luar Negeri Forum Kawasan ASEAN mengeluarkan pernyataan Penegasan Kembali untuk Menjaga Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara oleh Tiongkok, yang intinya adalah mendukung usaha non-proliferasi negara-negara regional.

 

2. Pertanyaan: Tahun ini peringatan 20 tahun penandatanganan Deklarasi Perilaku (DoC) Para Pihak di LTS , apa fungsi deklarasi ini dalam menstabilkan situasi LTS?

 

Wang Yi: LTS adalah kampung halaman bersama Tiongkok dan negara-negara anggota ASEAN, memelihara perdamaian dan stabilitas LTS sesuai dengan kepentingan bersama berbagai pihak. Selama bertahun-tahun, bertolak dari keseluruhan situasi, berbagai pihak menempatkan masalah LTS di posisi yang sesuai, secara efektif mengelola perselisihan, memelihara stabilitas menyeluruh LTS dan menjamin lingkungan baik bagi perkembangan hubungan Tiongkok-ASEAN.

 

Pada tahun 2002, Tiongkok dan negara-negara anggota ASEAN menandatangani deklarasi tersebut di Kamboja. Dua puluh tahun kemudian, para menlu berjumpa lagi di Phnom Penh, mengingat kembali semangat deklarasi, sama-sama menilai tinggi makna tonggak sejarah deklarasi, dan berpendapat bahwa deklarasi memainkan peranan yang penting dalam memelihara perdamaian dan stabilitas LTS serta menjamin kebebasan dan keamanan pelayaran, hal ini mendorong rasa saling percaya antar Tiongkok dan ASEAN di bidang politik, serta mendorong dialog dan kerja sama terkait maritim. Kami sepakat untuk mengadakan acara peringatan 20 tahun penandatanganan deklarasi, menantikan pengumuman pernyataan bersama pemimpin, untuk  memanifestasikan tekad bersama dalam memelihara perdamaian dan stabilitas LTS. Kami sepakat untuk menghargai konsultasi luring pemulihan CoC, dan mengupayakan hasil yang baru dalam tahun ini. Kami sepakat untuk menyusun CoC versi eskalasi, agar CoC lebih efektif, kaya akan makna yang substansial, sesuai dengan hukum internasional termasuk Konvensi Hukum Laut PBB, untuk memberikan jaminan peraturan yang kuat dalam mengontrol perselisihan, mendorong kerja sama dan pemerintahan bersama LTS.

 

Setelah berkoordinasi selama 20 tahun, Tiongkok dan negara-negara anggota ASEAN sebagai mitra kerja sama strategis komprehensif sepenuhnya mempunyai kemampuan, keyakinan dan kecerdasan untuk menangani masalah LTS dengan baik. Tiongkok bersedia bersama negara-negara anggota ASEAN dengan teguh memelihara prinsip deklarasi, mempercepat pendorongan konsultasi CoC, memperdalam dialog dan kerja sama maritim, berpegang teguh pada arah tepat penanganan masalah LTS, dan menjadikan LTS sebagai laut perdamaian, laut persahabatan dan laut kerja sama.

 

3. Pertanyaan: Berkaitan dengan kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Daerah Taiwan Tiongkok, selama pertemuan ini, bagaimana Tiongkok menentang pernyataan beberapa negara yang memutarbalikkan fakta, untuk memperkukuh kesepahaman mengenai Satu Tiongkok?

 

 Wang Yi: Kunjungan Nancy Pelosi ke daerah Taiwan Tiongkok memicu provokasi dan membuat ketegangan di Selat Taiwan. Selama pertemuan kali ini, kami secara tepat waktu menjelaskan fakta dan memaparkan pendirian kami, dengan kuat membalas kecaman tak beralasan tersebut, dengan teguh menjaga keutuhan nasional dan menjaga kepentingan sah negara.

 

Ketika Pelosi tiba di Taiwan pada 2 Agustus lalu, delegasi Tiongkok juga tiba di Phnom Penh. AS memberikan sinyal palsu untuk membersihkan kunjungan Pelosi tersebut. Kami secara tepat waktu menunjukkan bahwa sifat kunjungan Pelosi tersebut sangat buruk, dengan serius melanggar prinsip Satu Tiongkok, melanggar kedaulatan Tiongkok, dan menginjak-injak patokan dasar hubungan internasional. AS yang berkhianat dan sengaja memprovokasi masalah Taiwan hanya akan lebih lanjut merusak reputasi negaranya. Bermusuhan dengan 1,4 miliar rakyat Tiongkok pasti tidak akan berakhir baik.

 

Pendirian Tiongkok yang sah dan rasional telah mendapat dukungan luas. Rusia, Kamboja, Laos, Indonesia, Brunei, Malaysia, Vietnam, Singapura, Bangladesh, Yunani, Turki, Selandia Baru dan negara-negara lain dengan tegas menyatakan dukungan mereka atas kebijakan Satu Tiongkok baik dalam sidang bilateral maupun dalam sidang multilateral, dan berharap dapat memelihara lingkungan internasional dan regional yang damai dan stabil. Menteri-menteri Luar Negeri ASEAN dalam pernyataannya menegaskan kembali kebijakan Satu Tiongkok, dan mengimbau untuk mempertahankan prinsip Piagam PBB.

 

Pada tanggal 3 Agustus lalu, G7 menyebut bahwa tindakan balasan Tiongkok mengintensifkan ketegangan situasi. Dalam pertemuan tersebut kami membantah kebohongan yang memutarbalikkan fakta tersebut, dan menekankan kembali bahwa tindakan Tiongkok adalah sah, rasional, perlu dan layak, yang mengubah situasi Selat Taiwan saat ini bukanlah Tiongkok melainkan AS yang berniat membendung Tiongkok melalui Taiwan, dan pihak penguasa Taiwan yang mengupayakan kemerdekaan Taiwan dengan mengandalkan AS. Tindakan balasan Tiongkok tersebut justru untuk memelihara perdamaian di Selat Taiwan, serta memelihara stabilitas kawasan. Prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain adalah prinsip emas dalam hubungan antar negara, juga adalah pelindung bagi negara-negara berkembang. Tindakan yang diambil Tiongkok juga untuk memelihara patokan dasar hubungan internasional dan keadilan internasional.

 

Buku Putih ‘Masalah Taiwan dan Usaha Penyatuan Kembali Tiongkok di Era Baru’ yang diumumkan pemerintah Tiongkok menunjukkan, Tiongkok lebih dekat, lebih yakin dan lebih mampu untuk mewujudkan target penyatuan kembali negara dibandingkan kapan pun dalam sejarah. Kami bersedia bersama teman-teman berbagai negara yang cinta damai dan cinta keadilan, menjaga prinsip Satu Tiongkok, menjaga tujuan dan prinsip piagam PBB, serta memelihara stabilitas regional dan perdamaian dunia.

 

Sementara itu, Menlu Tiongkok Wang Yi juga menjawab pertanyaan wartawan tentang masalah Tiongkok-Kamboja, Tiongkok-Bangladesh, Tiongkok-Mongolia, Tiongkok- Korea Selatan dan Tiongkok-Nepal.