Kaleng Spam Digembok dalam Kotak Saat Dijual, Kenapa?

2022-08-19 14:32:26  


 Di sejumlah toko di kota New York, AS, daging kalengan dijual dalam kotak pelindung anti maling. Hal ini tampaknya sangat aneh karena satu kaleng daging kalengan itu hanya seharga US$ 3,99. Akan tetapi, hal itu benar-benar terjadi di New York, kota terbesar AS baru-baru ini. Menurut laporan, ada sebuah toko yang disatroni empat maling dalam semalam. Media setempat melaporkan, kasus-kasus pencurian dan perampokan serupa meningkat secara drastis di New York sehingga sejumlah toserba maupun supermarket terpaksa mengambil langkah-langkah ekstra untuk menanggapinya, misalnya sejumlah barang yang berharga murah seperti kaleng, pasta gigi dan sabun harus disimpan dalam kotak yang disegel. Media setempat menyebut gejala itu sebagai gambaran dari krisis nasional yang terjadi di AS.

Kini seluruh masyarakat AS tengah dihantui dan diganggu oleh kasus-kasus kejahatan yang terus meningkat. Selain kasus pencurian yang melonjak, kekerasan senjata dan kejahatan kebencian juga menjadi impian buruk warga setempat. National Public Radio (NPR) melaporkan, gara-gara kasus kriminal yang merajarela tersebut, banyak karyawan tidak mau masuk kerja karena ketakutan, alhasil para eksekutif senior terpaksa menyempatkan diri mereka membantu para karyawan mengatasi ketakutannya.

Perasaan takut tersebut bukanlah khayalan saja. Sebuah laporan semester tingkat kriminalitas AS di tahun 2022 yang dirilis Komisi Peradilan Pidana, sebuah organisasi non partai AS menunjukkan, menurut data survei di 23 kota di seluruh AS, angka kasus pembunuhan sadis pada paruh pertama tahun ini lebih tinggi 39 persen dibanding periode sama tahun 2019. Selain itu, di 29 kota utama AS, kasus kejahatan kekerasan berat dan kasus perampokan masing-masing meningkat 4 persen dan 19 persen, sementara itu, kasus kejahatan harta benda meningkat 6 persen dan kasus pencurian meningkat 20 persen.

Profesor Anna Harvey dari Universitas New York menunjukkan, kejahatan kekerasan meningkat di setiap daerah di AS, namun otoritas masih bersikap acuh tak acuh ketika kontradiksi masyarakat AS terus meruncing.

Dilihat dari sudut jangka panjang, tentunya tingkat kriminalitas yang tinggi sudah menjadi ‘tumor’ sosial AS sebagai akibat tertimbunnya banyak masalah seperti kekerasan senjata, diskriminasi ras, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin serta ketidakadilan yurisdiksi yang sudah berlarut-larut lama.

Dari trauma psikologis yang dialami AS karena pandemi COVID-19 yang tak kunjung selesai hingga berbagai kontradiksi sosial yang kian meruncing, pemerintah AS tahu benar apa yang memicu kriminalitas hingga melambung tinggi, namun otoritas malah berdiam diri, dan satu-satunya hal yang dilakukannya adalah memenjarakan para pelaku kejahatan. Walaupun populasi AS hanya menduduki 5 persen dari populasi total dunia, namun jumlah tahanan kriminalnya justru menempati 25 persen dari jumlah total dunia. Dengan kata lain, tingkat hukuman penjara di AS rata-rata 5 kali lipat dari angka per kapita di seluruh dunia.

AS adalah satu-satunya negara adikuasa di dunia, namun warganya malah hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman. Inilah kegagalan pemerintahan AS, sekaligus noda atau kecacatan hak asasi manusia ala AS. Barang kali hanya demi menenangkan masyarakat, Presiden AS Joe Biden pada awal Agustus lalu memublikasikan rincian ‘rencana agar AS lebih aman’. Menurut rencana itu, pada tahun fiskal 2023, pemerintah AS akan menganggarkan US$ 37 miliar untuk mendukung sistem penegakan hukum dan program pencegahan kriminal serta untuk memperbaiki keamanan di berbagai komunitas penduduk di seluruh AS. Akan tetapi, begitu dirilis, rencana tersebut telah memantik keraguan masyarakat. Harian New York Post menunjukkan, rencana itu hanyalah naskah pers yang tak berisi, selain menimbulkan kegelisahan masyarakat, tidak berarti apa pun, sama seperti kebijakan-kebijakan lama lainnya.

Baru-baru ini, Harian The Washington Post memuat sebuah laporan yang sangat menggelisahkan masyarakat AS. Pada bulan Juli lalu, jumlah penjualan senapan di AS melampaui 1,2 juta buah, mencatat rekor baru. Demi keselamatan pribadi, kini semakin banyak warga AS yang membeli senapan atau pistol, namun hal ini membuat semakin banyak orang khawatir terhadap keamanannya sendiri, sehingga terbentuklah lingkaran setan. Tidak tahu apakah AS sebagai negara terkuat di dunia ini dapat melewati krisis nasional tersebut. AS yang gagal melindungi warganya sendiri sudah barang tentu tidak layak berlagak seperti ‘polisi dunia’.