Kemenlu Tiongkok Bantah Teori Perangkap Utang yang Dikemukakan oleh Menlu AS

2022-08-19 12:05:32  


Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken belakangan ini mengadakan kunjungan ke Afrika dan kembali menggembar-gemborkan ‘teori perangkap utang Tiongkok’. Menanggapi hal tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin di depan jumpa pers rutin yang diadakan hari Kamis kemarin (18/08) membantah pernyataan Blinken tersebut. Wang Wenbin menyatakan, apa yang disebut dengan ‘perangkap utang Tiongkok’ tersebut sama sekali adalah kebohongan yang direkayasa oleh AS untuk melempar tanggung jawabnya ke pihak lain, fakta akan membuktikan kebohongan tersebut.

Wang Wenbin menunjukkan, bisnis dan kreditor multilateral adalah kreditor utama bagi negara-negara berkembang. Basis data utang internasional Bank Dunia menunjukkan, terhitung sampai akhir tahun 2020, dalam struktur utang luar negeri publik 82 negara yang berpendapatan rendah dan menengah ke bawah, kreditor komersial dan kreditor multilateralnya masing-masing menduduki 40% dan 30%, sedangkan kreditor resmi bilateralnya hanya menduduki 26%, dan proporsi Tiongkok kurang dari 10%.

Wang Wenbin menyatakan, kenaikan utang-utang negara berkembang beberapa tahun ini kebanyakan berasal dari kreditor komersial dan lembaga multilateral Barat.

Wang Wenbin memperkenalkan, “Menurut statistik Bank Dunia, dari tahun 2015 sampai 2020, dalam utang luar negeri publik tambahan sebesar 475,2 miliar dolar AS yang ditanggung oleh negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah, proporsi utang resmi komersial, multilateral dan bilateral masing-masing sebesar 42%, 35% dan 23%, di antaranya, utang komersial kebanyakan berasal dari pembiayaan obligasi nasional di pasar keuangan internasional dengan proporsi sebesar 39%. Penelitian yang dilakukan Jaringan Eropa tentang Utang dan Pembangunan (Eurodad) terhadap 31 negara-negara pengutang utama menemukan bahwa 95% obligasi kedaulatan dipegang oleh badan moneter Barat.

Wang Wenbin menunjukkan bahwa pembayaran utang dalam jangka menengah dan jangka panjang negara-negara berkembang kebanyakan diberikan kepada kreditor komersial Barat dan badan multilateral. Menurut analisa Bank Dunia, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah total akan membayar utang sebanyak 940 miliar dolar AS dalam 7 tahun mendatang. Mereka masing-masing harus membayar 356,6 miliar dan 273 miliar dolar AS kepada kreditor komersial Barat dan badan multilateral, jumlah proporsinya mencapai 67%. Sedangkan utang yang dibayarkan kepada pemerintah Tiongkok dan badan komersial senilai 130,8 miliar dolar AS, hanya menduduki 14% dari totalnya. Pemegang obligasi yang didominasi oleh badan moneter Barat akan menerima pembayaran sebesar 300 lebih miliar dolar AS, sehingga mereka menjadi stresor pelunasan utang terbesar negara terkait.

Wang Wenbin menunjukkan bahwa kreditor komersial Barat dan badan multilateral absen dalam aksi peringanan utang internasional. Tiongkok yang mengimplementasikan inisiatif keringanan utang G-20 secara menyeluruh merupakan kontributor terbesar. Sedangkan dengan alasan memelihara rating kreditnya sendiri, kreditor komersial Barat dan badan multilateral selalu menolak untuk berpartisipasi dalam semua aksi peringanan utang, dan tidak memberikan kontribusi untuk meringankan beban utang negara-negara berkembang.

Wang Wenbin menekankan bahwa segelintir politikus serta media AS dan Barat yang menggembar-gemborkan ‘perangkap hutang Tiongkok’, berniat menciptakan ‘perangkap kata’ untuk memprovokasi hubungan Tiongkok dengan negara-negara berkembang, merusak kerja sama kedua pihak, dan menghalangi pembangunan negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang dan masyarakat internasional tidak akan tertipu oleh kebohongan mereka.