Membentuk Komunitas Senasib Sepenangungan Umat Manusia

2022-09-01 16:44:08  

 Setelah perjuangan selama 14 tahun, pada tanggal 3 September 1945, Tiongkok mencapai kemenangan perang melawan agresi Jepang, memproklamasikan kemenangan sepenuhnya atas Perang Anti-Fasis Dunia, dan sinar perdamaian kembali menyinari bumi.

Tujuh puluh tujuh tahun kemudian, perdamaian dan pembangunan tetap menjadi tujuan kekal umat manusia. Dewasa ini, dunia sedang berada dalam situasi perubahan luar biasa yang belum pernah terjadi selama seabad ini, menghadapi tantangan dan kesulityan yang bertubi-tubi, bagaimana memelihara hasil perdamaian dan mendorong pembangunan bersama umat manusia telah menjadi tugas utama yang dihadapi oleh berbagai negara.

Pada tanggal 2 September 1945, pemerintah Jepang menandatangani dokumen kapitulasi, perang rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia telah resmi berakhir dan mencapai kemenangan. Sebagai hari peringatan kemenangan Perang Anti-Jepang yang jatuh pada tanggal 3 September, semua warga Tiongkok telah mengingatnya dalam hati. Dalam Perang Anti-Fasis Dunia, perang rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang dimulai paling awal dan berlangsung paling lama. Sebagai medan perang utama di bagian Timur dunia, Tiongkok telah melakukan pengorbanan nasional yang luar biasa untuk memenangkan Perang Anti-Fasis. Rakyat Tiongkok juga telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi kemenangan Perang Anti-Fasis Dunia melalui perjuangannya yang gigih berani.

Perang Dunia II adalah salah satu periode tergelap dalam sejarah umat manusia. Malapetaka yang terjadi pada 77 tahun yang lalu ini telah mengingatkan orang-orang bahwa hukum rimba akan mendorong umat manusia ke dalam jurang, sedangkan menggunakan kekuatan, kekerasan dan hegemoni hanya akan membawa umat manusia ke dalam kegelapan. Kemenangan terakhir atas Perang Anti-Fasis Dunia bergantung pada sikap masyarakat internasional yang mengesampingkan konflik ideologis, saling menghormati serta semangat berjuang dan berjibaku.


 

Pada bulan Maret tahun 2013, di Institut Hubungan Internasional Negeri Moskow, Xi Jinping dalam pidatonya mengimbau komunitas internasional untuk membangun kesadaran komunitas senasib sepenanggungan yang saling bersolidaritas satu sama lain. Pada bulan Januari tahun 2017, di Palais des Nations di Jenewa, Xi Jinping lebih lanjut memaparkan konsep tersebut, yang antara lain berisi sebagai berikut: membangun komunitas senasib sepenanggungan manusia, membangun sebuah dunia yang damai secara permanen, aman secara merata, makmur bersama, terbuka dan inklusif, serta bersih dan indah. “Apa yang terjadinya dengan dunia ini, apa yang harus kita perbuat?” Tiongkok telah memberikan jawaban dan solusinya.


“Membangun komunitas senasib sepenanggungan manusia, mewujudkan kemenangan bersama dan berbagi bersama”, ini adalah jawaban jelas yang diberikan oleh Tiongkok. Selama 9 tahun ini, konsep komunitas senasib sepenanggungan manusia menjadi semakin sempurna, visi dan jalur pelaksanaannya semakin jelas: Tiongkok aktif berpartisipasi dalam aksi pemeliharaan perdamaian PBB, mengupayakan pembangunan hubungan kemitraan yang setara, saling berkonsultasi dan bertoleransi di dunia, sejumlah besar proyek Satu Sabuk Satu Jalan telah dilaksanakan di berbagai negara. Tiongkok telah mengambil langkah yang tegas untuk mendorong pembangunan komunitas senasib sepenanggungan di bidang dunia maya dan kesehatan manusia.


Konsep senasib sepenanggungan manusia terus diperdalam dan diperkukuh, juga telah mengakar di hati rakyat seluruh dunia. Inisiatif pembangunan komunitas senasib sepenanggungan manusia telah berkali-kali dicantumkan dalam dokumen PBB, hal ini sepenuhnya memanifestasikan makna nyata dan nilai zaman.